Toodz House dan Cerita Tentang Rumah

Enam bulan sudah kami tinggal di rumah baru, enam bulan yang membahagiakan buat kami dan (semoga) para kucing dan anjing juga. Jujurly alasan utama kami pindah rumah itu karena kami butuh ruangan lebih luas, lebih terbuka tapi kucing gak bisa cabut-cabut ke rumah tetangga, dan lebihan ruangan untuk isolasi kucing yang lagi sakit. Alasannya kucing banget? Iya. Puncaknya pas awal 2020 saat wabah FPV menyerang seluruh anak kucing tanpa ampun, dan tetangga kami mulai mengancam pada salah satu kucing kami yang suka pup di rumahnya. Mengerikan gaes ancamannya. Gak usah dengar deh.

Rumah kami sekarang ukurannya dua kali lipat dari yang lama. Kucing dan anjing bisa lari-larian bebas, bisa mendapatkan sirkulasi udara yang baik, bisa manjat pohon, bisa punya outdoor activities tanpa mengganggu tetangga, bisa pup dan pip natural di tanah, dan dengan meningkatnya well-being mereka, inshaa Allah well-being kami as foster parents juga meningkat. Apalagi saya akhirnya punya dapur yang saya desain sendiri, yang saya pilih sendiri semua mulai dari cat, keramik, sink, kran air, kompor, kabinet, sampai tempat sampanya segala. Kapan-kapan saya ceritain ya si spot favorit saya ini. Sekarang kita ngobrol soal tempat yang nyamannya hampir sama seperti berada di rumah sendiri.

Tempat ini bernama Toodz House. Dia ada dua cabang tapi saya selalu datang yang di Karang Tengah karena lebih dekat ke rumah. Fasad Toodz sangat rumahan. Kalau gak ada palang nama, saya akan kira dia rumah yang berani betul bertahan dihuni di pinggir jalan besar, berjejeran dengan segala toko dan ruko. Laman parkirnya gak begitu besar, mobil bisa muat sampai 6 dan motor sekitar 10an dan disediakan tempat menyimpan helm. Abang parkirnya ada dua, mereka gantian tugas dan dua-duanya ramah sekali.

Bagian depan benar-benar seperti rumah. Pintu masuknya pun ya kayak pintu rumah biasa, bukan yang buka dua kanan kiri gitu. Pas masuk, kita akan disambut warna-warna natural di tembok dan pilihan warna pada sofa yang gemas-gemas kayak biru, terakota, hijau sage, kuning limun, lalu elemen kayu di kursi, meja, dan lemari pajangan, juga rotan di beberapa kursi, lalu tanaman mungil. Ini sungguh kayak masuk rumah, bukan restoran. Kalau duduk di sofa terus baca buku setelah makan, wah yakin bisa ketiduran. Saya pernah soalnya wkwk.

Sekarang mari kita bahas menunya. Mostly menu di Toodz masih mengandung daging, tapi jangan sedih. Untuk para vegan-vegetarian, di sini mereka punya opsi-opsi menarik. Beberapa yang sudah saya coba dan approved adalah mushroom cream soup, veggie carbonara platter, sautéed broccoli and mushroom, garlic butter spaghetti, chimichurri rice (yang polosan), dan yang selalu selalu selau saya reorder dan buat saya ini salah satu makanan terenak di hidup saya, spaghetti apple pesto. Wah ini pasta gak ada tandingannya sih. Apa yang bikin enak? Saus pesto di sini pakai coriander, lalu pasta disajikan dengan potongan apel hijau, jamur, dan taburan almon, bahkan saya bisa request saus pestonya dibanyakin dong *terharu*

Buat sobat karnivora, menurut Mas Gepeng menu mereka juga worth to try. Salah satu yang favorit Mas Gepeng adalah spaghetti cheese burger and egg dan spaghetti carbonara. Saya lupa dia pernah pesan apa lagi selain dua itu hahaha tapi katanya enak-enak. Kayaknya dia pernah sekali pesan yang nasi deh, rasanya enak tapi dia gak mau order lagi karena katanya nasi di sini terlalu fancy. Ya maklum mentalnya magelangan gerobakan banget, gak bisa lihat nasi diramu modern dan ditata cantik-cantik gitu.

Yang saya suka lagi makan di Toodz House adalah mereka gak taruh tisu box di meja dan kasih kita tisu secukupnya, terus gak pakai sedotan pelastik lagi, garnish-nya efektif, porsinya pun sangat pas. Gak pernah tuh ada begah-begah gak enak selepas makan di Toodz. Mereka juga thoughtful sekali di masa pandemi ini yang mana menyediakan tisu antiseptik, hand sanitizer, dan toilet spray. Jarang lho ada yang menyediakan toilet spray, di rumah saja gak ada wakakakak. Oh iya pajangan meja di sini pakai tanaman murah yang tinggal taruh di air, apa sih itu namanya yang menjalar hijau muda. Saya suka kalau restoran pakai tanaman hidup murah meriah begini.

Sedikit masukan—kali saja orang Toodz baca yekan, adalah untuk delivery. Kabar baiknya mereka sudah pakai packaging yang ramah lingkungan dan diantar dengan tote bag. Sayangnya, mereka masih kasih sendok garpu pelastik yang dibungkus pelastik juga. Saya pernah request untuk gak perlu dikasih alat makan cuman beberapa kali catatannya gak dibaca wkwk kenapa sih ya. Jadi paket sendok garpu itu ada banyak sekali di rumah dan akan dikembalikan nanti siang habis ngepost tulisan ini.

Iya, nanti siang mau makan di sana lagi dong. Kangen sudah seminggu absen. Mau ikut?