Dear netizen yang sedang digandrungi virus #AgeChallenge, gimandose? Apaqa kamu puas dengan tampilan kerutan fiktif di wajahmu? Apaqa kamu tampak menawan, atau malah seperti tawanan? Selain tampilanmu dan pasanganmu—bagi yang punya ya wkwk, apaqa saat melihat gambar itu kamu juga membayangkan bagaimana kehidupanmu kelak? Dibalik caption copy-paste ‘grow old with you’, apaqa kamu melihat kehidupanmu berjalan sempurna di tempat yang kamu idam-idamkan, seperti di Swiss misalnya?
Saat libur lebaran lalu, saya berkesempatan menghabiskan beberapa hari tinggal di rumah grospapi dan grosmami (alias eyang)-nya Mas Gepeng di Bern, Swiss. Karena mereka sudah pensiun, jadi dari saya bangun pagi, sarapan, masak, ngobrol, jalan-jalan, sampai balik tidur lagi semua bareng grospami. Saya jadi lumayan tahu sedikit-sedikit gimana sih kehidupan old-people di Swiss. Buat umat pembaca yang punya mimpi menghabiskan masa tua di Swiss, sini saya kasih 5 poin bocoran kayak apa sih kehidupannya di sana.
1. Forever tinggal di flat dan itu no problemo alfonso dikastilo
Di Eropa, orang banyak tinggal di flat/apartemen dengan lantai biasanya tak lebih dari lima. Begitu juga di Swiss yang menyediakan banyak sekali pilihan flat dari yang menghadap gunung, gedung, sungai, sampai menghadap tembok bangunan flat lainnya. “Hanya orang yang sangat sangat kaya yang tinggal di rumah betulan (baca: rumah tapak),” kata Tante Seri, anak grospami. Dan tahu kah kamu, harga sewa flat per bulan itu pun tak murah. Minimal Fr1300 atau sekitar Rp18jutaan. Itu juga flat biasa saja. Yang lebih lega dan cakep minimal Fr1500 atau sekitar Rp21jutaan. Tapi tentu standar gaji yang dimiliki berbeda banget ya dengan Indonesia, jadi harga segitu buat orang Swiss ya cincay lah.
“Eyang, kalau sudah lama tinggal di flat itu tidak takut kah nanti kalau-kalau harus pindah karena si tuan tanah mau bangun apa gitu ruko atau mall?” tanya saya. Grospapi bilang di Swiss ada peraturan kalau seseorang sudah tinggal di satu tempat selama minimal 10 tahun, maka dia tidak boleh diusir. Meski grospapi tak begitu ingat rincian peraturannya, tapi dia memang tak khawatir karena jarang sekali ada tuan tanah yang melakukan pengusiran dan selalu menjaga kualitas bangunan dan pelayanan kepada penghuni. Bahkan ada flat yang disediakan khusus bagi lansia yang hidupnya butuh bantuan orang lain seperti suster dan bangunannya bagus lho!
Grospami tinggal di flat yang lumayan luas. Kamar tidurnya ada tiga, dapur besar (built it kitchen set dengan mesin cuci piring ostosmastis!), ruang keluarga nyambung ke ruang makan, ruang kerja, kamar mandi bath tub, toilet, juga balkon dengan pemandangan hamparan rumput dan pegunungan Bantinger. Seperti flat pada umumnya, di sini juga ada beberapa fasilitas umum yang bisa dipakai bersama seperti mesin cuci, mesin pengering, lahan parkir, juga ada bunker, ruang jemur, dan ruang sepeda.
Bagi sobatqu yang ingin pindah Swiss, sudah tahu lah minimal siapkan berapa buat tempat tinggal. Tapi kalau umat pembaca punya duit berlebihan terlalu banyak, ya bisa beli atau sewa rumah tapak juga. Bagus bagus di sini.
2. You still needed to work but your hobby be your main job and you love that!
Grospapi dan grosmami masing-masing sudah lama pensiun tapi mereka berdua masih kerja sesekali dan punya hobi yang jadi hal utama mereka lakukan setiap hari. Grospapi sangat artsy, ia suka membuat video, mengambil foto, dan melakukan hal-hal di ruang kerjanya. Grosmami suka berkebun dan saking sukanya, ada dua deret buku khusus tanaman di rak buku dan grosmami masih suka membacanya setiap ada waktu senggang. Grosmami juga (sepertinya) langganan majalah tanaman yang dikirim secara berkala dan semua ilmunya diterapkan di satu-satunya balkon yang ada di rumah itu.
Grosmami memelihara aneka tanaman siap potong untuk jadi pelengkap masakan dan salad. Mungkin satu-satunya yang tidak bisa dimakan hanya sukulen dan rumput liar, sisanya seperti daun bawang, basil, seledri, daun olive, rosemary, sawi kecil, dan daun-daun lain sudah bisa dilahap mentah-mentah. Grosmami memperkenalkan setiap tanamannya dan memberikan potongan kecil untuk saya cicip. Ada yang manis, ada juga yang seperti bawang putih campur sitrus. Di setiap pot ada termometer kecil, entah buat mengukur kelembaban atau kalau-kalau tanamanannya masuk angin, grosmami bisa langsung tahu. Yha.
3. Masakanmu akan sangat simple dan sehat dan enak karena itu adalah hasil perjalanan masakmu bertahun-tahun.
Kalau kamu sudah pensiun tapi masih suka masak, maka kamu akan masak masakan yang santai tapi tetap sehat, yegak? Atau kalau pun tidak masak, pokoknya bisa kenyang tanpa banyak effort lah. Nah pas di Swiss, grosmami menyediakan masakan yang buat saya cukup simpel dengan bumbu yang tidak heboh dan rasanya wow enyak!
Pagi pertama di Bern, kami disiapkan banyak roti (entah whole-wheat, bread, ciabatta, atau croissant) untuk sarapan. Di tengah meja juga disediakan butter, cheese cream, salami, aneka keju, dan semangkuk buah ceri. Dan bukan hanya pagi itu, pagi pagi selanjutnya kami makan begitu lagi: roti, butter, salami, roti, butter, salami. Lama-lama mabok juga ogut kan makan roti mulu, berasa burung kutut jadinya. Gosmami akhirnya menyediakan nasi instan kemasan bergambar kakek-kakek mirip Morgan Freeman untuk kami sarapan dan dipersilahkan masak telur ceplok sendiri. Mudah kok membuatnya tinggal masuk ke microwave dan dihangatkan 5 menit.
Siang dan malam hari adalah saatnya makan berat dan sajian di meja jadi lebih meriah. Hidangan grosmami yang paling saya suka adalah chäschüeche, makanan nasional Swiss berupa tart/pie keju yang dipanggang (please kalian harus coba ini kalau ke Swiss! Di Müller hanya €1 ukuran kecil!), lalu ayam goreng dengan kentang, dan pasta, dan asparagusnya. Semua masakan grosmami adalah nuansa baru buat saya dan Mas Gepeng. Begitu mudah, begitu sehat, dan begitu enak.
4. Pique nique ke tempat-tempat terindah dan update di Facebook dong!
Swiss is like a heaven on earth. Semua yang ada di sini super-ultra mega pretty apalagi nature landscape-nya yang menawan dengan udara bersih dan transportasi umum mumpuni yang memudahkan para pensiunan untuk pique nique menikmati tempat-tempat cantique seperti Mount Titlis, Engelberg, Engadin, Gelmersee, juga salah satu yang dikunjungi bersama saya dan Mas Gepeng yaitu melihat keindahan Puncak Jungfrau di Interlaken. Sapose yang tidak mau lihat beginian setiap bulan, setiap minggu, atau seperti Johanna, adiknya grosmami menikmati pemandangan Thun setiap hari?
Pemandangan cantik ini tentu jangan disimpan sendiri, kasih lihat teman-teman pensiunanmu lewat Facebook, racuni mereka biar mampir ke Swiss lalu piknik dan hiking bersama. Grospapi termasuk yang rajin post di Facebook. Suasana summer, cahaya matahari di balkon, juga saat jalan-jalan atau makan bersama cucu. Memang hidup pensiunan itu seselow itu wkwk~
5. Ke kota untuk bermain catur atau reuni singkat dengan sesama pensiunan
Ada seseorang yang pernah cerita bahwa setiap pulang kantor, orang Swiss suka nongkrong sama gengnya untuk memenuhi kebutuhan sosialisasi mereka. Lalu kalau pensiunan gimana? Sama dong, tua muda, nongkrong jalan terus! Bukan pas pulang kantor, biasanya di waktu-waktu lowong saja dan aktivitasnya bukan ngopi atau foto-foto di theme park melainkan yang old-school seperti main gaple atau main catur.
Grospapi suka ke kota untuk main catur dengan teman-temannya. Biasanya hari Rabu dan perginya bisa dari siang sampai malam. Kalau lagi tidak kumpul, grospapi main catur sendiri di rumah via komputer. Rasanya kebiasaan ini bukan hanya di Swiss, kebanyakan orang pensiun selalu menyediakan waktu kumpul untuk hal-hal sederhana yang santai misalnya minum teh, main mahjong, catur, mancing, atau panen durian. Bedanya kalau di Swiss, bisa main catur dengan nuansa kota yang indahatau di kaki gunung sambil ngemil coklat leleh, atau ngobrol santai sambil lihat beruang coklat eek di Bärengraben.
Kira-kira begitu lah sedikit gambaran tentang kehidupan di Swiss. Kalau sanak pembaca hendak pensiun di sana, lumayan tahu kan jadinya akan ngapain saja selain betulin remot tv dan ngangon burung. Lebih enaknya lagi, Swiss terus-terusan masuk ranking 10 besar menjadi negara dengan tingkat kebahagiaan tinggi, jadi ya kalau masa muda mu di Indonesia tidak bahagia, siapa tahu jadi lumayan happy kalau tinggal di Swiss, meski yang menentukan bahagia diri kita atau tidak tentu saja, tidak lain tidak bukan, diri kita sendiri.
P.S.: Foto grospapi dan grosmami sudah izin untuk dipost di blog, jangan diambil terus ngaku-ngaku itu kakek nenekmu ya.
19 Comments. Leave new
Nambahin dari aku yah sanak pembaca
Di Bern kmarin tu sejauh ini traveling paling selo, quality time banget, ketemu eyang dan bener bener ngobrol antara eyang sama cucu dan nambah puzzle keluarga tu nyenengin banget pa lagi ini dari sudut pandang yang berbeda.
Dan kami dapet hadiah dari eyang yang sangat mengagumkan, peta dunia dengan bahasa jerman sama pin jarum untuk tag negara mana aja yang uda kita datengin *mewek waktu dikasih itu karena kok pas bener hadiahnya
Gepeng
-nama yang paling sering disebut di blog ini-
-yes nama mira ga ada di tulisan ini-
Ahaha… iya masa pensiunnya nikmat banget. Tapi kalau denger potongan gaji buat asuransi, social security, dan pajak pas mereka masih muda, pasti merinding. Nggak mau dibahas nih, kisah kaum gajian di Swiss?
jadi ya kalau masa muda mu di Indonesia tidak bahagia, siapa tahu jadi lumayan happy kalau tinggal di Swiss. Hahaha ngakak waktu baca itu.
Lumayan mehong ya sewa flatnya? Duit segitu disana sewa sebulan, disini sewa setaon.
Aaaakkk.. aku mau ke swiss.
Tapi belom kesampaian.
Jauh… takut kangen orang tua.. *HALAH*
Gak deng. Emang duitnya aja belom ada 🙁
Denger2 cerita dari papa,
swiss, new zealand… austria itu asik.
Liat foto2nya bikin seger mata.
Bebas polusiiiiii
Semoga nanti kesampaian.
Amin ya rabb.
Iya aku tau juga nih kisah kaum gajian di Swiss. Pajak, asuransi keluarga, biaya hidup, dll memang mahal banget. Menariknya, beberapa orang bilang bahwa orang Swiss tidak akan kaya raya lewat gajinya, tapi mereka sejahtera. Asuransi melindungi dari kehilangan yang lebih besar, sedangkan pajak nantinya akan 'berubah' jadi tunjangan-tunjangan. Pemerintah juga usaha banget biar warganya bisa hidup layak.
Kemarin aku sempet nanya sama tanteku, ada gak sih pengangguran di Swiss? Gelandangan gitu, ada gak? Katanya hampir gak pernah lihat dan kalau pun ada, nanti pemerintah bantu orang itu dari kasih rumah tinggal sama pekerjaan. Ini jadi bekal dia untuk membuat kehidupan jadi lebih baik. Kebanyakan sih memang jadi hidup gitu, gak tempe kalau yang malah tetap durjana apa diusir atau ditenggelemin wkwkwk
Mama gak mau pensiun di swiss, mau di indonesia aja biar ada temennya.
Iya ya, di Bern gak ada rencana apa-apa, cuman tau dateng aja terus main sama eyang, masak, makan, dengerin cerita eyang, gitu aja pikirannya. Eh malah dikasih hadiah juga, padahal kita gak bawa apa apa wkwk.
Kan jadi inget belom beli sterofom buat pasang peta dunia dari eyang!
Hai Ran, aku juga dengar dengar dan baca baca begitu, makanya mau buktiin beneran asik gak sih Swiss sama Austria. Yang NZ beloman nih, nabung dulu wkwk. Dulu papa ke Swiss-nya ke mana kah? Apa yg paling asik menurut papamu?
Amin yah, semoga bisa main ke sana terus semoga aku juga bisa balik lagi.
Wkwkwk, ya siapa tau kan Mba Wid karena Swiss termasuk negara happy, barengan sama Denmark, Sweden, aku pingin datengin semuanya 😚
Mehooong buat kita orang Indonesia. Tapi itu udah murah buat orang sana soalnya aku pernah baca di mana gitu, rata-rata sewa rumah/flat Fr2000, gile kan yha wkwk.
Yaudah Mama ikut jalan-jalannya aja yah, tinggalnya tetep di Indonesia biar bisa senam dan pengajian deket rumah.
pengeeen siiih mba pensiun sanaaa ;p. tapiiiiii apa daya, uang pensiun juga ga bakal nutup kalo mau hidup dgn std sana wkwkwkwkwkwk … jd smenetara aku cuma pgn liburan aja dulu ksana :D.
duuuuh, setelah target NZ ku tercapai, baru deh mikir untuk ke swiss :D.. suka banget ama pemandangannya
Wkwkwk enaknya dari pas kerja di sana, jadi udah bisa banyak nabungnya karena gajinya udah menyesuaikan. Konon nanti kalau ada orang luar mau kerja ke Swiss, seleksinya akan agak lebih ketat termasuk yg professional. Tapi mereka tetap open sama pekerja asing kok.
Iya emberan pemandangannya bagus asli gak ngerti lagi. Depan rumah aja bagus, apalagi ke Engelberg, Thun, wah buanyak tempat indah di Swiss!
kucingnya gembul banget….
doi juga bahagia dan sejahtera yes tinggal di swiss.
Iya gembul banget! Santai banget hidupnya sender sana sender sini hahahaha. Kucingku di rumah juga pengen kayaknya pengen pensiun di sini wkwk
Menua di daerah-daerah yang masih alami banget seperti ini kayanya menggiurkan ya. Santai-santai ngeliatin ijo royo-royo sambil ngerjain hobi. Cuma karena ini di Swiss langsung kebayang sih besaran biaya yang perlu disiapkan hahaha..
Di Eropa rata-rata memang usia harapan hidup cukup tinggi ya. Banyak yang tua-tua tapi masih seger banget, bisa beraktivitas macem-macem. Apa jangan-jangan makanan, kualitas layanan kesehatan, dan tingkat stres berpengaruh ya hehe.
Iya, Mas. Kalau nabungnya di Indonesia buat tinggal di Swiss, agak kurang cheese to cheese wkwk. Kecuali ke sana terus sempatin kerja dulu kayaknya mayan lah. Kalau saya baca-baca, lansia yang sudah pensiun hidupnya lebih tenang karena mereka sudah ‘sejahtera’, mereka punya asuransi dan layanan kesehatan bagus, mereka mendapat kualitas makanan bagus, terus gaji bulanannya pun cukup. Kalau mereka keluar naik mobil pun gak stres karena polusi dan macet hahaha.
Ya Allah aku jadinya pengen ke Swiss lagi. Waktu ke sana aku nginep di desa deket Luzern. Itu kayak di buku cerita Hercule Poirot. Desanya naik turun bukit, lalu ada sekolah di sebelah gereja. Di deket rumah hostku ada sapi berkeliaran. Terus stasiun kereta ke Luzernnya cuma peron kecil yang kalau mau berentiin kereta mesti pencet tombol dulu.
Btw, fotonya bagus-bagus Mbaak
LUZEEEERRRN ya Allah itu kan sungguh heaven on earth. Kayaknya sungguh peaceful lagi ya, pengin juga ke sana someday, ke sana terus gak pulang pulang lagi, jualan sayur wkwkwk. Thank you Rahma sudah mampir yaa.
Aku pengen kayaknya menikmati 10 tahun hidup di swiss, pengen ngerasain chill-nya swiss, tapi entah kenapa kalo masa pensiun sampe ujung usia, kayaknya pengen di indonesia aja, dunno why…
Swiss, satu tempat yang mesti kudatangi, at least once in my life time, plis plis plis…
*pintu kemana aja doraemon plizzz