“Kami mau motoran di Jeju, ngikutin jejaknya The Hungry and The Hairy—sebuah serial di Netflix,” jawab saya dan Mas Gepeng ketika ditanyai oleh petugas imigrasi di bandara tentang alasan kami piknik ke Jeju. Saya sangat suka serial TH&TH. Mungkin sudah saya tonton ulang lima kali, dan spesial belasan kali di episode bulan April yang mana Rain dan Hong-chul keliling Jeju di musim semi. Episode itu menggambarkan perjalanan di Jeju yang sebenar-benarnya, bukan seperti drama Korea lain yang hanya menampilkan indah-indah sepintas saja. Akhirnya setelah tiket diraih, langsung booking sewa motor dari Mango Scooter.
Proses Sewa Motor
Sebelum sampai di Jeju
Pas browsing-browsing blog dan Youtube, kebanyakan orang memilih rental mobil untuk keliling Jeju. Mobil memang convenient apalagi kalau ramean. Tapi #justinindyo bukan tipikal anak mobil. Di Indonesia saja kita gak punya mobil. Ada video Youtube orang Indonesia yang sewa motor di Jeju, tapi vlognya jelek—maapin ya Mas wkwk, jadi saya close di 5 menit pertama. Akhirnya dari semua resource itu, kami ambil insight soal rute perjalanan dan tempat apa saja yang asyik untuk didatangi, sisa kebutuhan informasi roadtrip lainnya langsung cari tahu sendiri.
Saya banyak dibantu sama Eno Creameno buat tanya-tanya ke Mango Scooter. Suaminya Eno ini orang Korea asli, jadi bisa bantu telepon dan tanya-tanya. Selain itu, saya juga DM di Instagram-nya Mango Scooter buat ngobrol. Dari semua informasi itu, intinya motor yang kami inginkan available (kami pilih Honda Benly 110cc kapasitas two-seater), dapat fasilitas baggage box 39 liter, dua helm, dan bayarnya bisa on-the-spot. Setelah semua confirmed, saya mengisi form booking table di website Mango Scooter dan mereka akan konfirmasi bookingan via email. Hasil email itu yang akan jadi pegangan buat nanti ambil motor di Jeju. Oh iya satu lagi, harga di website itu belum sama insurance ya, jadi jangan kaget kalau nanti pas bayar harganya nambah.
Pesanan sudah semua, sekarang saatnya persiapan. Berikut beberapa list penting kalau mau roadtrip motoran ke Jeju:
- International Driving License. Bikinnya gampang kok tinggal ke laman SIM Internasional Korlantas Polri terus ikutin prosesnya di situ. Ingat, kalau mau ajuin SIM Internasional motor, kamu harus punya SIM C yang masih berlaku.
- Jaket windproof dan hangat. Awal musim dingin di Jeju lumayan berangin apalagi naik motor. Lengkapi dengan syal buat jagain leher.
- Sepatu dan kaus kaki. Selain alasan safety, ini juga menjaga badan tetap hangat.
- Sarung tangan juga supaya tangan gak kaku kaku kena angin dingin. Kebetulan Mango Scooter kasih gratis dua pasang.
- Karena roadtrip naik motor skuter (atau mau motor gede yang kayak TH&TH), pastikan tas yang dibawa bisa ditempatkan di motor ya. Kami bawa dua kerir, yang besar muat ditaruh bagian depan, satunya muat masuk baggage box. Gak rekomen motoran bawa koper ya gais.
- Masker atau buff. Plis wajib ini. Meski rasa-rasanya Jeju gak terlalu polusi tapi debu tetap ada dong. Ini juga supaya wajah gak terlalu kena hantam angin dingin dan mencegah jerawat.
Pas Sudah di Jeju
Kantornya Mango Scooter ini ada di pinggir jalan besar, agak kecil tapi karena warnanya kuning jadi lumayan mudah ditemui. Kami langsung masuk, menyapa 미동 alias si adik petugas wkwk. “Bookingan atas nama siapose?” tanyanya. “Justin dari Indonesia,” jawab saya sambil kasih tunjuk bookingan email di iPhone. Dia mempersilahkan duduk lalu mengkonfirmasi seluruh data bookingan. Si adik juga menjelaskan biaya sewa motor belum termasuk biaya asuransi, sehingga in total saya bayar ₩440ribu atau sebesar Rp4,9juta untuk sewa motor selama 8 hari dengan rincian hmmm lupa wkwk. Bayarnya bisa cash bisa cashless. Saya kemarin bayar pake debit Bank Jago via contactless dan langsung debet gak input PIN. Wow. Mejik.
Setelah proses bayar selesai, si adik suruh kami pilih-pilih helm yang mau dipakai. Ada banyak jenis, awalnya saya mau pilih yang merah gemes estetik gitu tapi dipikir-pikir agak gak safety ya karena gak ada kacanya. Jadilah kami pilih yang standar saja tapi ada kacanya. Alhamdulillah sih itu sepertinya memang petunjuk dari Tuhan YME karena motoran di awal musim dingin kayak gini anginnya NAUDZUBILLAH yah. Apa jadinya kalau gak pake kaca helm? Rontok gigi kita kali.
Kami pun disuruh konfirmasi di buku register pengambilan motor dan dijelaskan soal rute yang diperkenankan dan gak diperkenankan untuk dilewati oleh skuter. Rute jalanan di Jeju ditandai dengan nomor 4 digit dan ada tiga rute yang dilarang yaitu rute nomor 1131, 1139, dan 1135. Rute itu dekat sama Halla-san, mungkin jalanannya terlalu curam buat motor makanya dilarang lewat. “Kalau kalian maksa lewat sini dan mengalami kecelakaan, itu gak ditanggung asuransi ya kak,” kata si Adik. Peraturan lainnya ada lumayan banyak tapi saya paling ingat itu gak ada refund kalau balikin sebelum waktunya—termasuk sisa bensin. Belajar ikhlas ya pemirsa.
Motor sudah siap pakai, helm sudah ceklek, tinggal cusss. Kami isi bensin dulu di pom bensin terdekat. Sebenarnya pom bensin di Jeju ini semua sudah self-service tapi kalau buat turis-turis kayak kita gini gak paham kan ya, nanti dibantu petugas kok kita tinggal sebutin mau berapa liter terus bayar cash ke petugasnya. Ada dua pilihan bensin: gasoline dan diesel. Motor tentu pakai gasoline. Seliter harganya ₩1720 atau sekitar Rp20ribuan. Mahal juga yee. Kalau mau isi tengki penuh biasanya perlu 5 liter atau ₩8600. Gak kebayang sih kalau kitorang pake mobil. Gak makan kita di Jeju.
Terus gimana motoran di Jeju?
One of the best experience EVER. Sampai sekarang saya masih ingat betul gimana rasanya kena angin pulau Jeju, motoran mulai dari bagian utara, ke timur, lalu ke selatan, melipir agak ke barat dikit, sungguhan nikmat dan pengalaman yang mau banget saya ulang. Gak heran bisa nonton episode Jeju-nya TH&TH sampai belasan kali karena aslinya memang dopamine booster. Saya akan ceritakan overall pengalaman motoran di Jeju di poin-poin berikut ya:
- Mas Gepeng (kayaknya) kena Cov19 bawaan dari Singapur. Jadi 4 hari pertama di Jeju, dia demam dan grenggesan terus. Ini diperparah karena hari pertama motoran dia gak pake syal dan masih pake celana jins rebel tanpa inner heattech didalamnya, akhirnya masuk angin kasep deh. Dikerokin sampai merah banget lho! Jadi pemirsa di rumah kalau motoran di musim gugur-winter gini, don’t forget selalu well prepared. Untung saja Mas Gepeng bawa sarung jadi itu bisa dijadikan syal.
- Pengendara di Jeju akan berjalan di sebelah kanan baik di jalan raya maupun jalan kecil. Karena kami ini turis yang sungguh berhati-hati, kami hampir selalu di paling kanan dekat bahu jalan. Selain karena memang motor dianjurkan gak lebih dari 60kmph, kami juga bisa lebih santai gak kena salip atau khawatir ada yang nunggu di belakang. Tapi tenang saja, selain di kota Jeju, pengendara sangat tertib dan tenang. Hampir gak ada yang klakson, gak ada yang kebut ugal-ugalan, gak ada yang langgar lampu lalu lintas—tentu gak ada juga yang berhenti di zebrakros. Lho di kota Jeju memang banyak yang melanggar? Gak juga sih, tapi ada. Dan karena penduduknya lebih padat jadi kendaraan di jalan juga lebih banyak.
- Pakai aplikasi Naver Map buat navigasi. Google Map bisa tapi Naver Map lebih direkomendasikan karena (1) Terintegrasi sama sistem lalu lintas Jeju, sehingga kalau dekat sekolah atau area yang butuh penurunan kecepatan maka akan ada alert, (2) Udah alasannya hanya satu itu saja sih WKWK. Btw jalanan di Jeju sangat ramah buat roadtrip. Petunjuknya mudah, semua jalur dan lokasi tercatat di Naver Map, dan gak ada jalanan yang membingungkan. Kami selalu diarahkan lewat jalan utama, dan kalau mau lihat jalan-jalan kecil tinggal masuk-masuk saja, nanti juga gampang keluarnya lagi.
- Di Jeju gak bayar parkir pemirsa 🥲 Jadi di area-area kayak ruko atau pantai gitu gak selalu disediakan area parkir, jadi bisa di mana saja asal gak ganggu lalu lintas atau ketertiban umum. Gak ada petugasnya juga di sana jadi bebas saja asal parkir mau rapih gak rapih juga gak ada yang tegur. Ada beberapa tempat yang menyediakan area parkir proper dan kadang ada petugasnya itu di parkiran pasar dan tempat wisata. Itu juga gratisss! Gak ada tuh buntut motor dipegangin sampai kasih uang dua rebu baru dilepas.
- Oh ninggal barang di motor inshaa Allah aman. Kami alhamdulillah gak ada pengalaman kecopetan/kecurian barang di motor padahal kami ada momen ninggal tas kerir di bagian depan motor dan tas-tas lainnya di baggage box. Ditinggal ke pantai maupun trekking ke bukit, motor dan barang aman sentosa. Bahkan resleting juga gak geser lho. Terlepas mungkin gak menarik ya maling barang-barangnya backpacker WKWK tapi perasaan aman kapan pun di mana pun ini juga yang bikin saya jatuh cinta sama Jeju.
- Gak begitu banyak pengendara motor di Jeju. Saya hanya lihat beberapa di sepanjang jalan keliling pulau, itu juga touring dan rombongannya hanya empat unit. Pengendara motor lain bisa di temukan di kota Jeju, ada yang buat food delivery ada juga yang penggunaan pribadi. Tapi bisa banget dihitung jari. Orang sini lebih banyak mobilan atau naik taksi online. BTW taksi online di Jeju mewah-mewah banget pemirsa. Kita bisa cobain berbagai mobil listrik mewah kayak Hyundai, Mercedes Benz, Nissan, dan sebagainya. Selain seru naik mobil futuristik, mayan lah ngerasain ugal-ugalan di Jeju.
- Jalanan di Jeju overall mulus dan gak ada polisi tidur sama sekali. Kalau pun ada, itu hanya speed bump di beberapa titik yang perlu penurunan kecepatan kayak di sekolah atau rumah sakit. Ada jalanan gak begitu mulus di beberapa lokasi yang bukan jalan utama, tapi gak ganggu kok hanya kayak gak rata saja. Gak perlu khawatir lagi kebut terus kena hantam lobang dan tahu-tahu otak berasa lepas gitu. Gak ada momen begituan di Jeju.
- Ada cerita lucu juga di Jeju. Jadi di salah satu adegan di TH&TH episode Jeju, ada momen Rain dan Hong-chul melintasi jalanan berhiaskan bunga kanola di kanan kirinya. Indah banget. Saya bolak balik memastikan bahwa jalur itu sudah masuk di tujuan berikutnya di Naver Map. Kami pun gas motor. Jalanan naik turun dan pepohonan di kanan kirinya, tapi kok gak ada bunga kanola? Saya minta Mas Gepeng putar balik, saya pikir kami salah dan ada belokan yang kami kelewat. Setelah putar balik dan ulangi perjalanan, tetap gak nemu kuning-kuning di mana pun. Kami bahkan mendatangi dua area kebun kanola di Seongsan dan Noksan-ro. Ah, ternyata Naver Map bisa salah juga, pikir saya. Kami pun pasrah dan lanjut perjalanan. Pas pulang ke Indo dan cerita ke Agung dan Mba Firda, mereka bilang, “Ya iyalah gak nemu kan mereka ke sana pas musim semi, pas kalian ke sana ya udah pada rontok semua bunganya.” Lah iya juga. Pantas banyak tanaman pendek kering di pinggir jalan. Ternyata itu bunga kanola di musim gugur 😌
2 Comments. Leave new
Auwoooooo suka sekali aku tulisan kali ini, membuatku rindu akan jalan jalan kediningan di Jeju
-gepeng-
-nama yang paling sering disebut di blog ini-
Iya aku juga rindu. Semoga ada rejekinya next time bisa ke Korea lagi motoran keliling Gangwon terus kemping di atas gunung sambil masak-masak suki vegan