Hari ini #justinindyo mainnya agak jauh nih, ke Otista! Motoran dari Pondok Cabe, lewatin Pondok Indah, terus ke Radio Dalam, wih jauh banget Otista ya. Dari baju bau parfum londri sampai berubah jadi bau asap knalpot wkwk. Tapi perjalanan panjang hari itu ditutup manis dengan makan siang plant-based di Loving Hut Jatinegara. Meski baru pertama kali ke sini, kenapa saya suka dan rekom kalian cobain?
Pertama, makanannya enak. Kedua, pilihan makanannya buanyak. Ketiga, penyajiannya cepat. Keempat, entah ya dia ini franchise atau satu geng atau gimana, tempat ini mengingatkan saya dengan Loving Hut yang ada di Ninh Binh dan di Hanoi, Vietnam. Cita rasanya beda, tapi nuansa tempatnya mirip yaitu mereka pajang poster-poster artis penganut veganism lengkap sama quote-nya seperti Natalie Portman, Jake Gyllenhaal, Tobey Maguire, dan ada satu poster gede The world’s strongest vegan, Patrik Baboumian. Kalau baca baca sih dia satu grup sama yang di Taiwan, cabangnya di Indonesia sendiri ada di Medan, Denpasar, Surabaya, Jogja, Tanjung Duren, dan lain lain.
Saya dan Mas Gepeng cicip dua menu main course yaitu nasi hainam ekstra telour ceplok dan laksa Singapore. Minumnya pesan dua juga yaitu jus jeruk dan jus sayuran hijau. Untuk laksa, wah asyik deh isiannya sifud gais ada bakso ikcan, udank, pakai kulit tahu gulung juga, terus asam kuahnya lembut gitu di tenggorokan.
Mas Gepeng bilang kalau di tempat makan vegan, dia mau coba makanan yang familiar biar bisa dibandingin. Dan menurut dia, laksa vegan ini enak sekali dan gak ada beda gimana-gimana gitu sama yang versi karnivora. Makannya sampai habis bis kinlcong hihihi.
Nasi hainam saya juga habis bis bis. Bahkan di akhir sesi makan, saya bingung mana yang dijadikan gong: si aiam hainam dari kulit tahu gulung goreng garing, chasiyu, atau kuningnya telour ceplok. Semua lauk pauknya enak. Nasinya juga well-seasoned, bumbu khas hainamnya ditumis hingga harum dan bikin nasinya yummmy.
Pilihan makanan vegan dengan meat alternatif di sini ada banyak mulai dari khas Indonesia yang geprek-geprek—eh dia ada soto betawi dan soto mi Bogor, khas Jepang, khas western, khas Itali, yang fusion juga ada kayak enoki goreng cabe garam, spring roll, gyoza, dan semuanya plant-based 100%. Harganya juga affordable. Saya juga appreciate ketika mereka hanya kasih tisu di gulungan sendok, terus sedotan juga gak langsung tancap di gelas. Oh soal porsi, tenang gaisss, buat Mas Gepeng yang perutnya melar dan saya yang perutnya mini, porsinya cukup 🫰🏼
5 Comments. Leave new
Mbaaaaa, aku langsung cari di gofood dong, dan besok mau pesaaan 😄😄. Padahal loving hut Jatinegara ga jauh2 amat dari rumahku, tapi si pak su udh pasti ga mau makan beginian 🤣. Jadi mending aku pesen aja.
Penasaran banget mau cobain banyak menunya. Mau tau aja beneran mirip daging yg asli atau ga 😄.
Tapi nama loving hut ini identik Ama vegan yaa.jd penasaran ih.
Mba Fanny, aku udah lihat postingan kamu Gofood ini banyak banget hahaha. Alhamdulillah cocok yah! Iya Loving Hut itu kayak trademark vegan banget. Ada persatuannya deh kalau gak salah. Di Vietnam aja cabangnya banyak.
Ikutan penasaran juga kayak Kak Fanny!! Karena varian menunya familiar + harganya tergolong ramah di kantong, kapan-kapan kalau lewat daerah sana, semoga aku bisa cobain!! 😆
Iya Lia ini ramah banget di kantong dan porsinya ngenyangin. Tipe tempat makan vegan yang down to earth, yang gak neko neko tapi membekas di hati. Kabarin ya kalau udah coba dan ceritain pengalaman kamu, cocok kayak Mbak Fanny juga apa gak xixixix
Kerasa tempatnya homey dengan menu makanan comfort ya..