Percayalah, Warga Sipil (Pas-Pasan) pun Bisa Keliling Dunia dengan Asas Hemat Pangkal Kaya

Waktu kuliah dan uang bulanan saya habis karena kebanyakan hedon, saya makan mi instan dibelah dua buat sarapan sama makan siang. Mi instannya tentu yang kuah terus dikasih micin tambahan biar enak dan kenyang kembung wkwk. Menyedihkan? Dulu saya pikir begitu. Tapi ternyata itu jauh lebih mending ketimbang apa yang saya alami paska pulang dari trip ke UK tiga tahun lalu.

Semua orang tahu bahwa bepergian ke UK itu mahal dan tentu saja kami di sana gak bermewah-mewah. Kami naik overnight bus biar gak perlu sewa penginapan, kami ‘nginap’ di stasiun Manchester—bersama para pemabuk dan angin dingin, kami numpang juga di kosnya teman (hai Malika!), kami makan sepiring berdua (ciyee), kami beli makanan paling murah di convenience store, kami selalu minum tap water, kami bekal €1 bagel untuk perjalanan, kami membawa pulang lebihan french fries, kami keliling Liverpool menggemblok kerir supaya gak bayar penitipan, pokoknya as irit as possible.

Dengan pola kayak gitu, kami seharusnya baik-baik saja. Apalagi we got ourselves covered for the trip. We had enough to funds our trip and buy some gifts. Tapi hari-hari paska perjalanan UK sungguh campur aduk. Setiap hari kami masih merasa ‘melayang’ dengan segala keindahan, kekerenan, dan perasaan berada di UK. But there’s a time that broke my heart in instant, bikin roboh all the positive feelings yang kami bangun. Kami terus-terusan bayar kartu kredit yang entah kenapa gak pernah berkurang meski kami bayar penuh tiap bulan dan menyisakan hanya sedikit yang kami bisa pakai untuk membeli susu, daging, beras, bensin, dan kebutuhan harian lainnya. This was frustrating. I cried a lot every time I found myself have no ability to buy a book in Books & Beyond.

Tapi kalau gak gitu, kami gak belajar mengelola keuangan kan? Kalau gak begitu, kami gak akan minta financial planner audit keuangan kami kan? Jadi tenang saja my friend, kita warga pas-pasan tetap bisa keluar negeri asal dengan pengelolaan keuangan yang baik. Ini beberapa pelajaran yang bisa kami bagi buat kamu semua. Semoga bermanfaat.

Jangan pakai kartu kredit

Kalau kamu tipe kayak saya yang gak pandai mengelola kartu kredit, mending gak usah pakai sekalian. Saya tahu banget banyak tips memanfaatkan kartu kredit buat earn miles, promo, best deal, tapi me personally have zero skills about that haha. Sekarang kartu kredit semua dikelola Mas Gepeng karena dia lebih kritis, perhitungan, dan gak hobi asal gesek karena jatuh cinta sama barang pas jalan-jalan ke mall.

Jadi setelah akhirnya menutup semua tagihan durjana itu dengan sekuat tenaga, kami berusaha untuk selalu pakai kartu debit buat perjalanan. Untuk beli tiket, booking penginapan dan transportasi, kami masih pakai kartu kredit karena kebanyakan website booking itu lebih lancar pakai kartu kredit. Tapi selama perjalanan, kami pakai debit card or cash. Kartu kredit tetap kami bawa buat darurat dengan catatan tagihan sebelumnya sudah dibayar semua.

Kalau memang harus ada kartu kredit dihidupmu dan skill ngaturnya masih on progress, minta lah bantuan orang untuk menjaga penggunaannya. Bisa suamimu, sahabat, atau kakak/adik. Kalau bisa, pakailah yang ada afiliasi sama penerbangan biar sekalian earn miles (misalnya BNI x Garuda Indonesia, BCA x Singapore Airlines, atau Permata x AirAsia), atau yang punya kontrak promo panjang sama supermarket favoritmu biar dapat promo kalau belanja bulanan. Asyiq kan?

Kembali lah pada Hemat Pangkal Kaya

Jargon yang biasa tertempel di meja belajar kita ini sungguh ada faedahnya lho bahkan sampai sekarang. Jika dulu kita mengartikan jargon dengan tabungan yang banyak sampai akhirnya bisa beli Tamagochi impian (yang biasanya sudah ekstra penyangga dan gantungan kalung), nyatanya jargon ini adalah dasar ilmu dari pengelolaan keuangan lainnya yang sebenarnya ya, ada buanyak sekali. Jadi spasi antara ‘Hemat’ dan ‘Pangkal Kaya’ itu ada banyak trik, khukhukhu~

Bagaimana cara berhemat itu sesuai preferensi masing-masing, entah mau menekan biaya makan, belanja bulanan, hemat listrik, gak pakai ATM, rajin masak, rajin puasa Daud, bawa botol minum setiap hari, bungkus pas kondangan, dan lain-lain, namun perlu ditekankan bahwa hemat itu benar-benar pangkal kaya gaes. Benar-benar pangkal kaya.

Saya gak terlahir dengan kemampuan menabung, tapi saya lihai dalam berhemat. Maksudnya meski saya suka boros juga, saya tetap bisa bertahan jika harus berhemat (gemini mempunyai dua kepribadian, paham kan?). Salah satu hal yang awalnya impossible menjadi I’m possible selain Merry Riana adalah saya dan Mas Gepeng bisa bertahan dengan Rp2,5juta per bulan untuk hidup sehari-hari. Apa? Dua setengah juta? Bep, fyi yah uang segitu baru berlaku sejak Maret kemarin pas saya naik gaji. Sebelumnya? Dua juta saja. Seriyes? Bisa kah? Bisa. If there’s a will, there’s a way. Percayalah, di mana ada hemat, di situ ada yang berlebih.

Mulai investasi yuk

Setelah berhemat, uang yang available kan jadi banyak tuh, uang-uang ini lah yang menjadi bahan dasar dalam proses ‘Pangkal Kaya’. Lalu pundi-pundi kebahagiaan ini diapakan ya?

Saya sudah hafal betul setiap ikut kelas SPM (Sekolah Pasar Modal) atau kelas pintar menabung atau ya kelas-kelas semacam itu, pembicara—yang biasanya financial planner atau orang sekuritas—mengatakan bahwa return menabung sangat kecil dibandingkan dengan investasi. Selisihnya bisa 6-8% bok! Malah ada ilustrasi begini, ketika kita taruh sejumlah uang di tabungan, saat kita tengok 10 atau 20 tahun lagi, nominalnya malah jauh menurun karena tergerus uang administrasi, pajak, juga bunga yang diperoleh gak berbanding lurus dengan inflasi yang terjadi setiap tahun. Sedih aqutu dengernya~

Jadi umat-umat pembaca yang saya cintai, jangan berpegang teguh hanya pada tabungan, mulai lah investasi—untuk informasi beda tabungan dan investasi, silahkan baca ini. Setelah 3 tahun menikah, saya sudah mulai berinvestasi di tahun pertama karena sungguh suwer saya gak jago nabung. Dan investasi ini ternyata adiksi ya haha.

Tujuan akhir dari semua perjuangan finasial

Siapa di dunia ini yang gak ingin memiliki kebebasan finansial? Gak pusing besok akan hidup dengan apa, bisa menjamin anak sekolah setinggi-tingginya, bisa hidup dengan ‘pantas’, memiliki passive income, gak punya cicilan, atau dalam kasus saya, bisa keliling dunia tanpa khawatir akan jatuh miskin, siapa yang gak mau? Gak mudah, tapi bukan berarti gak mungkin. Sekali lagi saya sebagai penggemar Merry Riana mengingatkan bahwa I’m possible!

Dan sebelum semuanya, biasakan untuk selalu bersyukur dengan apa yang diberikan Tuhan dan berbagi lah dengan sesama. Berterimakasihlah atas pendapatan dari hasil usahamu, selalu optimis bahwa uang itu pasti cukup, bahkan bisa kamu putar di investasi. ‘Sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit’ juga adalah jargon yang benar adanya.

Jadi teman-teman yang masih pas-pasan dan bercita-cita luhur, bersatulah! Kita harus saling mendukung ya. Silahkan kalau ada masukan, ide, pertanyaan, bisa tulis di kolom komentar nanti kita diskusikan. Tolong agan-agan yang mau nawarin gadai BPKB atau KTA cukup di SMS saja ya jangan di sini wkwk.