Di bulan yang sama tahun lalu, Mbak Trinity menuliskan cerita jalan-jalannya ke Turki. Cerita itu adalah kali pertama perjalanannya keluar negeri di masa pandemi. Setahun berikutnya, saya—inadvertently, mengikuti jejaknya menjelajah Ottoman Empire di masa pandemi. Saat saya baru baca tulisan itu pas sudah pulang, ternyata ada banyak hal yang sama ada juga yang berubah baik dari sisi penerbangan dengan Turkish Airlines maupun kehidupan di Turki. Buat pemirsa di rumah yang punya rencana mau menyumbangkan sedikit tabungannya untuk mendorong perekonomian Turki dan menjadi turis yang well-prepared, nih saya kasih sekilas info apa saja yang perlu dipersiapkan mulai dari sebelum, during, and before you get back to Indonesia.
Sebelum terbang ke Turki
Pengajuan e-visa
Buat pemirsa WNI di rumah, kita sekarang bisa mengajukan e-visa Turki melalui alamat https://www.evisa.gov.tr/en/ lho. Caranya mudah tinggal isi isi data seperti asal negara, jenis dokumen perjalanan, tanggal kedatangan, nama, nomor paspor, nama bapak, nama ibu, alamat, email, dsb. Sudah lengkap, habis itu bayar biaya e-visa sebesar USD35. Cara bayarnya banyak bisa pakai kartu kredit, WeChat Pay, Alipay, Bancontact, dsb. Buat WNI sih paling familiar pakai kartu kredit ya. Oh iya pengajuan e-visa itu maksimal 48 jam sebelum keberangkatan dan sebaiknya tanggal kedatanganmu ke Turki termasuk di dalam 3 bulan pertama pengajuan e-visa. Perlu diingat juga e-visa itu berlaku selama 180 hari atau ± 6 bulan dengan masa tinggal maksimal 30 hari, kalau mau lebih, ajuin residency permit ya. Nikah sama orang sana sekalian juga boleh.
Beli tiket pesawat dan booking penginapan
Ini sih ya harus ya, masa mau traveling tapi gak ada tiket. Sebenarnya menurut saya tiket pesawat PP itu gak harus sih, tiket berangkat saja cukup, masa penuh ketidakpastian seperti sekarang ini gitu lho. Cuman yang bingung itu petugas imigrasi kita di Indonesia kadang suka nanyain kayak iseng banget nanya gitu atau memang harus saya gak paham deh. Bahkan sampai nanya juga nginap di mana saja, pindah negara apa Turki doang, hotel namanya apa, berapa lama di sana, kok suami gak ikut, di sana ngapain, ada kenalan apa gak, kepo banget asli kan jadi gengges hahaha.
Untuk penginapan, di Turki sekarang banyak hotel yang sudah certified Safe Tourism, kita bisa pilih yang itu karena mereka melakukan hal-hal yang ekstra seperti membersihkan lebih teliti, handuk dan bantal diplastik, makanan gak prasmanan, terus disediakan masker dan hand sanitizer di mana-mana. Tapi kemarin saya gak pilih yang gitu karena biasanya pada mahal hahaha. Saya pilih yang biasa saja dan bertanggung jawab menjaga kualitas dan kebersihan barang dan kamar saya. Hotel saya pesan di sahabat lama, HostelWorld, yang kayaknya baru ini aplikasinya dibuka lagi setelah dua tahun.
Booking hotel untuk karantina
Nah ini nih persyaratan yang lumayan memberatkan secara ekonomi, hahaha. Pemerintah kita minta kalau kita baru pulang dari luar negeri, harus ada karantina 5 hari 4 malam (please rajin-rajin update ketentuan baru ya). Bukti booking hotel karantina ini jadi salah satu syarat wajib bagi WNI yang mau traveling keluar negeri. Saya sendiri kemarin booking karantina di Hotel Royal Palm via Golden Rama, yang mana itu hotel paling murah dari list hotel mereka. Murah itu 4,5juta pemirsa 🥲 Meskipun begitu, karantina ini memang untuk kebaikan kita dan orang lain kok. Karantina akan memastikan kita sehat dan bebas dari cov19, sehingga aman untuk berinteraksi dengan orang lain. Lebih mahal kena cov19 ketimbang bayar itu hotel, beneran deh.
PCR 72 jam sebelum keberangkatan
Ini juga syarat wajib no tawar-tawar no minta buatin yang tepu-tepu pakai Photoshop. Sebelum terbang, kita harus PCR 72 jam sebelum penerbangan. Kalau gak salah sekarang cuman berlaku PCR deh, antigen gak boleh (bisa cek lagi ya pemirsa). Oh iya perlu diperhatikan juga nih tempat untuk PCR harus yang sudah terdaftar di Badan Litbangkes Kemenkes. List-nya ada di Peduli Lindungi atau website resmi Litbangkes ini, tinggal search saja tempat yang mau kamu tuju. Zuzur PCR ini nih yang bikin ketar ketir sebelum pergi. Dilakuinnya paling ujung, sementara seluruh rencana traveling sudah disiapkan. Amit-amit kalau ternyata positif kan ya bubarrrr semuanya. Itu juga yang bikin saya kemarin gak banyak booking ini itu, cuman hostel yang semuanya free cancelation.
Pengajuan HES Code
Selain untuk kebutuhan traveling, booking-an penginapan dan tiket pesawat dibutuhkan untuk melengkapi persyaratan traveling ke Turki yaitu untuk dapat HES (Hayat Eve Sığar) Code. Mirip-mirip sama QRcode yang ada di Peduli Lindungi punya kita, HES Code ini fungsinya sebagai personal code/ID untuk tracing ketika kita ternyata berada di satu lokasi dengan penyintas dan bisa langsung dicegah misalnya kita mau naik penerbangan domestik atau transportasi umum lainnya. HES code ini wajib ya gak bisa ditawar! Maksimal isi 72 jam sebelum keberangkatan dan formnya di-save entah bentuk pdf atau screen shot juga bisa.
Pesan makanan untuk penerbangan
Ini sih kalau kamu punya referensi khusus seperti saya yang harus request vegan meal ya, itu juga kalau maskapainya menyediakan pilihan. Kebetulan Turkish Airlines ini super banget. Buat kamu yang strictly vegan, Jain/Hindu vegetarian, diabetes diet, koher diet, semua bisa request in advance within 24 hours. Kalau gak request, nanti dikasihnya template tanpa pilihan kayak ayam atau ikan gitu. Fyi menu vegan Turkish Airlines enak-enak, lebih manusiawi jauh bet ketimbang menu vegetarian maskapai kebanggaan kita yang cuman kasih rebusan sayur.
Siapin Asuransi Perjalanan (+ Kesehatan)
Jadi pemirsa, asuransi perjalanan itu sebenarnya gak jadi syarat perjalanan ke Turki. Pas mengajukan visa, gak ada tempat untuk upload dokumen asuransi, pun pas di imigrasi gak ditanyain juga. Tapi saya tetap menyarankan untuk membekali diri dengan asuransi perjalanan yang dilengkapi manfaat penanganan cov19. Kenapa? Virus ini masih baru, umurnya baru setahunan. Ibarat bayi, dia belum ada gigi—kecuali anaknya Arief Muhammad wakakakak.
Gimana kebijakan penanganan cov19 masing-masing negara terhadap turis itu masih misterius. Kalau pun gak misterius-misterius amat, misal kayak di Turki yang menyediakan rumah sakit untuk turis yang kena cov19, masih ada yang misterius. Biayanya! Mangkanya penting banget untuk sedia payung sebelum hujan. Bekali diri pakai asuransi perjalanan ya pemirsa. Syukur-syukur punya asuransi kesehatan yang coverage-nya world wide.
Pas di pesawat
Saat check-in, saya lihat kursi pesawat sudah penuh jadi saya gak bisa capcipcup kembang kuncup pilih kursi (bayar juga lagian wqwq). Gak begitu kaget sih karena beberapa minggu sebelumnya saya sempat pergi ke Bali naik Garuda, kursinya sudah normal alias penuh gak ada bolong di tengah. Makanya pas di pesawat, meski katanya lebih aman karena aliran udaranya bagus, prokes tetap harus ketat ya!
Terus menurut saya ada hal juga yang harus banget dijaga yaitu pas baru boarding, pastikan kamu duduk di kursi yang benar. Kemarin ada orang yang duduk di kursi orang, entah sengaja atau gimana gak tahu. Beberapa menit kemudian pemilik kursi aslinya baru datang. Dia kaget dan bertanya apakah si penumpang tadi sudah memegang segala asesoris yang ada di kursi itu. Berhubung si orang tadi gak bisa Bahasa Inggris, you know lah hasil diskusinya membingungkan. Akhirnya si penumpang asli request pindah. Kursi dan asesoris pesawat terdisinfeksi adalah hak penumpang, sama-sama saling menghargai yah pemirsa.
Masih sama dengan pengalaman Mbak Trinity, saya mendapatkan hygiene kit yang isinya 3 masker medis, 2 saset antiseptic wipes, dan 1 botol kecil hand sanitizer tetes dari Turkish Airlines. Bedanya, kali ini Turkish Airlines juga bagikan amenity comfort kit travel pouch berisi penutup mata, ear plugs, lip balm, dan sikat gigi. Gemas deh pouch-nya motif khas Turki, jadi bisa dipakai untuk harian juga. Dengan hygiene kit yang diberikan, kita bisa bersihin dulu sandaran tangan, table tray, sama layar TV ya pakai wipes. Harusnya kayak gini juga dilakukan pas di lavatory ya pemirsa, cuman kemarin saya pipis dalam keadaan ngantuk berat, jadi pakai preventive terakhir yaitu hand sanitizing.
Oh iya karena penerbangan internasional itu waktunya panjang, sudah pasti disediain makanan. Semua penyediaan makanan di Turkish Airlines sudah back to normal alias disajikan hangat, lengkap, diantar dengan tray, dan bisa request minuman gelas. Supaya nyaman, kemarin saya menerapkan makan gantian sama penumpang sebelah. Jadi saya nungguin dia selesai makan dulu, minta dia pakai maskernya lagi, baru deh saya makan. Perhatikan juga untuk selalu ganti masker selama 4 jam ya pemirsa supaya selalu bersih dan terhindar dari kuman. Lagian siapa si betah amat pakai masker yang sama dalam waktu lama? Gak engap apa itu bau jigong?
Pas sudah di Turki
Beli Istanbulkart
Traveling Turki gak perlu ada karantina pemirsa, jadi bisa langsung sikat jalan-jalan. Nah kalau stay di Istanbul, purchase Istanbulkart ya, itu kayak electronic money yang bisa di-top up terus dipakai naik kereta underground, kereta tram, kapal ferry, sama naik bus. Belinya di mesin warna kuning, biasanya ada di dekat halte tram atau stasiun kereta underground. Tapi saya kasih tahu sedikit, gak semua mesin menyediakan Istanbulkart. Jadi jangan sedih kalau nemu si kuning terus tulisannya Istanbulkart not available, karena kamu bisa cari yang lain.
Istanbulkart ini harganya 13 lira yang sifatnya jadi deposit. Terus kemarin kami sempat emosyi banget pas mau beli gak bisa-bisa, uang ditolak mulu padahal sudah masukin selembar 20 lira. Eh ternyata, dia baru bisa pas ngisinya 50 lira dong. Mata duitan ya. Nah setelah punya Istanbulkart, saatnya integrasi si kartu dengan HES Code. Caranya gampang, tinggal masuk ke website Istanbul Kart ini terus isi-isi data standar lah. Habis itu *cling* kartu sudah terintegrasi. Kalau kamu gak integrasikan, kartumu nanti ditolak pas tap di bus/kereta. Mereka gak mau angkut manusia gak punya HES Code. Beneran di suruh turun lho hahaha. Oh iya sesuai namanya, kartu ini hanya bisa dipakai di Istanbul ya.
Tukar uang atau ambil uang di ATM
Di Turki, transaksi sudah cashless dan mereka accept contactless transaction, yaitu transaksi pakai kartu debit atau kartu kredit contactless keluaran Visa, Mastercard, JCB, dan lain-lain. Ini gak cuma berlaku di restoran, tapi juga di convenient store, kafe, toko souvenir, penginapan, konter tiket, travel agent, kayaknya semuanya deh. Selama di Turki, saya gak ada pegang cash sama sekali. Semua pakai kartu debit dan no issue. Asyik deh.
Tapi kalau mau ambil uang di ATM, nah ada dua hal yang harus dipastikan terlebih dahulu. Pertama, cek ke bank kartu mu apakah kalau ambil uang di ATM luar negeri akan dikenakan biaya admin atau gak. Kemarin saya coba ambil pakai Jenius, di ATM gak kena fee, eh di mutasi ada potongan biaya admin dari bank Rp25ribu. Sebel. Setelah konfirmasi sama orang Visa Indonesia, dia bilang ini kebijakan bank penerbit kartu. So please do have a check ya. Kedua, pas lagi di ATM, cek di resume akhir apakah ada biaya admin apa gak. Kalau ada, pindah saja ke ATM sebelahnya, gak kena biaya kok orang gak jadi ambil uang wkwk. Kemarin yang pada free admin kebanyakan bank yang warna merah, ada dua atau tiga merk bank gitu, coba-coba saja.
Beli SIM Card
Mendapatkan SIM card lokal di Turki itu gampang. Setibanya di Istanbul Airport, saya langsung belim SIM card di toko yang langsung ketemu setelah pintu keluar. Ada 3 provider yang lumayan besar di Turki yaitu Turkcell, Turk Telecom, dan Vodafone. Outletnya jejer bareng, jadi bisa bolak balik cek mana yang lebih murah dan kasih fasilitas yang pas dengan preferensi. Kemarin saya beli merk Turkcell, paket internet 20gb seharga 300 lira (kalah gak salah wkwk). Kuota segitu buat saya kebanyakan, nyisa 12gb pas di dua hari terakhir sebelum pulang. Kalau memang kebutuhannya hanya untuk medsos, Google Maps, chat chat, kayaknya 10gb cukup deh. WiFi di hostel bagus bagus kok.
Oh saya kan ketemu teman baru dari Jerman ya, nah dia itu gak beli SIM card sama sekali selama di Turki. Dia mengandalkan WiFi banget karena di mana-mana bagus koneksinya. Saya juga takjub sih. Even di restoran saja bagus. Urusan Google Map kan bisa download offline, jadi kalau mau irit banget gak keluar uang SIM card sebenarnya masih sangat possible. Cuman saya kmrn gak ada persiapan apa apa, boro-boro download maps, ngecek lokasi hotel saja pas sudah sampai Istanbul hahaha jadi butuh banget SIM card.
Terus ada juga pemirsa yang tanya, mending beli SIM card lokal atau sewa portable WiFi? Melihat penjelasan ogut di atas, tentu saja mending pakai SIM card lokal. Saya juga gak rekomen beli SIM card international dengan world wide coverage atau pakai paket roaming bawaan SIM card kita. Lebih murah beli yang SIM card lokal Turki soalnya. Sudah gitu, di mana-mana sinyal bagus, jadi no worries.
Prokes jangan kendor!
Banyak pemirsa di rumah yang bertanya ‘Memangnya di Turki sudah aman ya? Sudah gak ada cov19?’ Seperti di negara kita dan negara-negara lainnya, cov19 masih ada juga di Turki. Kalau gak, mereka gak bakalan naroh SatGas di tempat-tempat ramai pengunjung dan negur siapapun yang gak pakai masker entah di bus atau di dermaga. Menurut saya yah, aman gak-aman traveling di masa cov19 ini bukan masalah tempatnya, tapi di diri kita sendiri.
Di Turki kemarin sudah ramai banget pemirsa. Toko-toko sibuk, restoran buka sampai tengah malam, orang-orang lalu lalang bebas mau pakai masker apa gak, terus duduk sebelahan saja gitu gak ada jarak, makan juga mulai pada lauk tengah. Kalau sudah gini, kita yang harus disiplin selalu pakai masker, buka masker pas makan saja, mandi bersih pas balik ke hotel, selalu sanitasi tangan dan barang-barang, minum vitamin, minum air putih, tidur cukup, jangan jelalatan (lah?), pokoknya baik-baik jaga diri lah. Sebenarnya gak perlu ada cov19 juga kita tetap harus disiplin jaga kesehatan kan supaya gak (amit-amit) sakit di negara orang.
Pas mau balik ke Indonesia
PCR sesuai waktu keberangkatan
Sebelum pulang, kita harus PCR dulu minimal 72 jam sebelum penerbangan. Ini merupakan syarat wajib bagi siapapun yang akan bepergian lewat jalur penerbangan baik domestik maupun internasional. Layanan PCR lumayan gampang ditemukan di Turki karena banyak juga tempat yang rekanan dengan rumah sakit atau layanan medis untuk agregasi jual layanan tes PCR. Jadi jangan heran kalau lagi jalan, tahu-tahu nemu tulisan ‘Bisa PCR di sini’ tertempel di pintu travel agent atau restoran.
Kalau mau simpel, kita bisa minta bantuan orang hotel buat kontak dan booking layanan PCR datang ke hotel. Biayanya pun bisa kita bayar ke hotel, tinggal mereka nanti yang terusin. Biaya tes PCR saya kemarin Rp394ribu per orang dan kalau bayar via hotel, gak kena surcharge tambahan. Hasil PCR nanti akan di email oleh tim medis dan kita harus tunjukan hasil PCR negatif ini pas check-in di bandara.
Konfirmasi ke pihak hotel karantina
Ini juga salah satu yang perlu dilakukan sebelum pulang. Di masa penuh ketidakpastian seperti ini, kita bisa saja kan gak bisa balik ke Indonesia karena sakit atau ada hal-hal urgent lainnya, padahal kita sudah pesan hotel karantina repatriasi. Nah kalau jadi pulang, kita kabarin ke pihak hotel, kasih info waktu ketibaan dan nomor penerbangan. Nanti pihak hotel akan koordinasi untuk proses PCR yang akan kita lakukan pas tiba di Indonesia, ancer-ancer penjemputan, dan persiapan kamar. Terus gimana kalau kita gak bisa pulang? Kita tetap kabarin dong ke pihak hotel. Nanti bisa diskusi kebijakannya apakah kamar diresedul atau refund atau gimana baiknya. Hal ini kalau bisa dipastikan sebelum berangkat ya, pemirsa.
Tulisan ini dibuat berdasarkan pengalaman perjalanan di bulan Oktober 2021. Rajin-rajin update untuk kebijakan terbaru ya.
4 Comments. Leave new
Duh kebayang kalo positif pas di negara tujuannya, amit2 deh 😫.. sebelum pandemi aku selalu beli asuransi perjalanan, selalu buat proteksi. Apalagi skr dlm kondisi begini.
Jujurnya, aku memang blm tertarik jalan2 ke LN Krn aturan karantina dan pcr mba. ngerti bangettt itu penting. Tapi gimana Yaa, msh blm berani.
Cuma 2022 besok aku sepertinya bakal traveling keluar lagi, hanya Krn udh telanjur bayar dari 2019 trip nya, yg ke Iran 🤣. Drpd Angus yeeee, ya sudahlaaah , kalo memang ada kepastian bisa jalan 2022 Sept, aku ikutan. Ini juga Krn travel yg arrange semua. Kalo ga, mungkin ttp aku reschedule sampe ntah kapan 🤣..
Iya Mba, amit amit kalo sampe kena cov19 di luar negeri, takut bayarnya meski ada asuransi wkwk. Ya isolasi di negara orang juga kan gak enak yaa. Oh iya Mba Fanny ke Iran ya, kmrn aku liat postingannya Whatravel trip ke Iran dibuka. Aku sempet nanyain lagi ke Mas Gepeng cuman belom dikasih, mahal bet wakakakakak
negara yang pas pandemi buka dan nggak ribet kayaknya Turki ya waktu itu.
Sampe aku bingung, kemana dulu nih hahaha
saking banyaknya list
tetep ya mbak, prokes kudu dijalankan buat jaga-jaga juga
Iya Mba Ainun, makanya orang mulai dari kita-kita gini sampai artis pada ke sana karena gak ribet dan tempatnya memang cantik kan. Prokes harus jalan terus biar sehat sampai pulang 👍🏼