Siang itu Agung dan Mbak Firda mengajak saya main ke Kayabuki no Sato di Miyama, Jepang. “Desa tua kayak Shirakawa-go,” katanya. Destinasi ini sudah mereka rencanakan jauh jauh hari saat kami serabutan bikin itinerari di tengah pekerjaan kantor yang gak ada habis. Saya belum pernah ke baca literatur apapun tentang tempat ini, jadi saya biarkan diri kosong tanpa gambaran ikut ke mana mereka melangkah.
Kami naik Kereta JR dari Kyoto, melaju ke arah utara, drop off di Stasiun Sonobe, lalu lanjut naik bus sampai ke desa. Jadwal dan jumlah bus gak banyak sehingga timing perjalanan harus presisi. Meski begitu, aktivitas mau ngapain saja gak pernah kami atur. Kami selalu suka suka saja.
Pemandangan sepanjang perjalanan indah sekali. Pepohonan hijau di kanan kiri, sesekali lihat sungai kecil, sesekali juga lihat ada lembahan berisi dedaunan oranye. Musim gugur datang malu-malu padahal ada yang gak sabar. Mba Firda beberapa kali mengeluh kecil bahwa dia ingin sekali lihat semua dedaunan ini memerah. Saya agak sebal dengarnya. Apalagi dia keluhkan terus. Bahkan dia kasih tenggat ke pohon! Ya mungkin ini ambisi tersembunyi warga tropis yang sepanjang tahun hanya bisa lihat pepohonan warna hijau. Sekalinya berwarna ya pohon tabebuya, sekumpulan bunga kertas, atau pohon kering di musim kemarau.
Kayabuki no Sato sungguhan desa kecil. Rumahnya gak banyak, tapi memang masih banyak yang pakai atap jerami dan tembokan kayu gelap. Tradisional dan estetik. Di bagian depan ada hamparan taman gandum kuda (soba) yang berbunga lebat. Baru ini saya lihat taman gandum sebegini luas. Saya foto-foto sebentar, lalu lanjut jalan ke desa. Mba Firda dan Agung masih di bawah sana padahal saya sudah sedikit bolak balik. “Lama betul mereka, foto apaan sih?” pikir saya. Karena malas nunggu, saya lanjut jalan keliling desa sendiri.
Saya mampir ke sebuah toko seni di sebelah Cafe Gallery. Di sana ada sepasang suami istri jual banyak asesori gemas yang bikin kesemsem. Saya jatuh cinta dengan koleksi postcard yang semua gambarnya dilukis oleh si suami dengan metode water painting. Saya beli sedikit karena uang koin saya terbatas, nanti balik lagi setelah pinjam uang sama Mba Firda.
Postcard saya beli spesial untuk Mas Gepeng, untuk Laste (sahabat di kantor), untuk Bapak & Mama, dan untuk saya sendiri. Si suami menawarkan untuk dikirim tapi saya menolak. Saya trauma dulu pernah kirim postcard dari Inggris tapi gak sampai ke penerima. Mungkin abang pos di negara kita lebih peduli sama paket Shopee.