“Ouy, kalau nanti kita ternyata gak boleh masuk ke Jeju, ke mana kita Ouy?” tanya saya ke Mas Gepeng. Kami membicarakan berbagai kemungkinan terburuk yang bisa terjadi setibanya nanti di Jeju, padalah pesawat kami baru setengah jalan dari Singapur. Pengalaman visa Schengen ditolak bikin kami punya kecemasan soal keimigrasian. Visa Schengen ditolak itu kami belum berangkat, risikonya di tiket dan bookingan hangus saja. Apa yang terjadi jika kami—yang gak perlu visa ke Jeju tapi gak boleh masuk entah apapun alasannya?
Kami susun back up plan. Dengan budget yang tersedia, kami bisa melipir ke Hong Kong atau Malaysia. Ke Bangkok juga masih bisa sih. “Nanti coba kita cek-cek Skyscanner ya pas mendarat,” ucap Mas Gepeng. Saya kemudian ingat-ingat lagi balasan e-mail yang diberikan oleh visaind@mofa.go.kr atas pertanyaan kami soal kebutuhan visa bagi WNI yang mau ke Jeju. Tim MOFA bilang kami bisa masuk Jeju tanpa visa as long as our flights are direct to the island, without any transit whether in Seoul, Gimpo, Gimhae, or anywhere else.
Untuk meyakinkan bahwa kami layak, kami sudah persiapkan semua dokumen pendukung kayak travel insurance (including our personal’s), dokumen vaksin Cov19, PCR results taken 48 hours prior to arrival, and fill in the Q Code card. Semua dokumen booking hotel dan tiket sudah kami sediakan di cloud yang bisa diakses offline. All ready. Tinggal putusan Tuhan YME 🤲🏼
2 Comments. Leave new
Wkwkwkwkw selain di Jeju pernah juga di Singapura waktu naik bus dari Malaysia. Tp ya memang wajar setiap negara pasti ingin WNA yang masuk adalah WNA yang bersih dan berperilaku baik
-gepeng-
-nama yang paling sering disebut diblog ini-
Oh iya pernah di situ juga yaa. Btw per tahun ini kamu namanya jadi Pak Oyong ya wkwk