Main ke Gempol, The Hidden (dan Sempit) Gem di Bandung, Jajan Apa Saja?

Yang namanya orang Jakarta ke Bandung, sudah pasti rasanya asyik banget situ. Sok berasa turis jalan petantang-petenteng. Tapi saya dan teman-teman kebetulan anaknya humble, bersahaja, dan hari itu kami main bareng teman asli Bandung yang jadi rekan kerja satu tim juga lalu diajak ke tempat (yang katanya) FYP di Tiktok, tempat hidden gem, daerah kayak kampung kecil bernama Jalan Gempol.

Tempat ini sudah banyak yang bahas dari bertahun-tahun lalu. Saya sempat baca orang ke sana tahun 2018 dan banyak memang yang improve mulai dari tempat makannya, kafenya, sampai himbauan dari dilarang buang sampah karena pernah ada yang kesurupan sampai dilarang foto depan rumah warga. Saya lihat memang rumah tinggal di sini cakep cakep deh. Kecil tapi manis. Fasadnya estetik dan fotojenik.

Kami ke sana saat jam makan siang. Karena kami orang Jakarta sombong, kami ke sana naik Alphard HAHA. Bukan ide bagus sih karena susah cari parkirnya bok. Area Jalan Gempol memang compact sekali, susah buat parkir mobil apalagi mobil segede truk gandeng gini. Palingan parkir agak jauh di sekitar taman sebelum masuk ke gang Gempol-nya. Di situ mainnya siapa cepat dia dapat, gak berlaku jalur ordal apalagi main serong.

Jadi jajan apa saja kami di Gempol?

Kupat Sayur Gempol

Kalau Googling ‘sarapan di Bandung’ atau ‘kuliner legenda Bandung’ pasti kupat ini muncul terus. Kami pesan kupat + kerupuk ekstra yang ternyata bayar sebungkus 10ribu. Buat saya pribadi ini gak gitu spesial sih. Rasa dan isiannya seperti kupat tahu pada umumnya. Rasanya sih ya enak, masa ada kupat gak enak? Wkwk.

Tapi kupat tahu ini idenya gimana sih ya sebenarnya pemirsa. Kupat tahu tuh kayak jelmaan ketoprak gak ada tauge doang gitu kan ya? Lalu dia beda juga sama ketupat sayur gak? Ketupat sayur sama lontong sayur masih sodara kembar kan? Eh karena ini di Bandung, kupat itu jangan-jangan singkatan? Ku-kira-kita-tepat?

Saya malah suka sama minumnya. Di sini ada kulkas minuman yang salah satu sajiannya ada AddicTea. Saya coba dua yaitu varian sereh-secang-madu dan varian kunyit-lemon madu. Segar dan enak sekali. Kurang cocok sama kupat sayur tapi gak papa sekali sekali. Ada gak sih ini di Jakarta?

Uncle Chen

Buat saya, jajan di Uncle Chen adalah highlight of the trip. The experience, the food, the ambience, semuanya satisfying. Ini tuh tempat makan kirain hanya jual Chinese food, tapi juga fusion kayak cimol meledak dan Thai tea. Lucu ya haha ketawa dong. Tapi memang seru. Sudah gitu lokasinya di pojokan yang gak muat mobil, jadi hidden gem betulan deh. Saya akan buat tulisan khusus soal jajan di Uncle Chen dengan foto yang banyaaaak, tunggu yah.

Kopi Little Contrast

FYI I’m not a coffee person, jadi review yang ditulis soal Little Contrast adalah pengamatan saya ke teman-teman yang beli. Pas disruput, komen mereka semua sama: manis banget gilak!

Roti Gempol

Ini juga salah satu legenda di area Gempol dan masuk radar pencarian di mana-mana jejeran sama kupat tahu. Tapi tahu kah kamu bahwa Roti Gempol ini orijin dari Salatiga? Kata si Bapak, mereka jualan sejak 1957, lalu pindah Bandung tahun 90an. How does it feel to make and sell bread for decades kayak gini? Apakah sudah bisa bikin roti sambil tidur? Saya selalu takjub dengan orang yang bisa master kayak gini. Konsisten bertumbuh.

Terus untuk roti bakarnya saya suka enak sekali. Ternyata roti bakar gandum dengan topping manis adalah fusion yang tepat. Rasanya jadi seimbang dan gak mbelenek. Toppingnya juga sopan, porsi pas gak belepetan. Ada juga topping asin kayak telur dadar, itu enak juga kayak bekal sarapan masa sekolah dulu. Untuk roti bungkusan saya gak coba, tapi kata teman saya sih enak gitu ya. Semacam roti klasik zaman dulu.

Kopi Oseebo

Karena tadi pada gak terpuaskan dengan Little Contrast, mampir lah kita beli kopi ke Oseebo. Lokasinya persis di lurusan gang utama masuk kawasan Trunojoyo, Gempol, sangat eyecatchy dengan bangunan merah bata lurus tinggi polos gak ada jendelanya wkwk. Again di sini saya gak minum kopi, tapi kata teman-teman kopinya better dari Little Contrast. Better but not the best sih. Tapi area kafenya asyik nih pemirsa. Bangunannya seiprit tapi dibuat efektif dan masih berasa lega. Tempat duduknya banyak. Gak berisik juga, tapi gak tahu kalau malam ya. Jago ini arsiteknya. Bisa jadi inspirasi bagi sobat milenial yang mampunya beli rumah maksimal 50m² di pinggiran Jakarta 😌