“Bandara adalah teman baik saya, dia menjadi saksi betapa bersemangat saya untuk pergi dan menemukan hal-hal baru, kemudian menyambut hangat saya yang kembali dan membawa banyak cerita”, begitu lah kira-kira gambaran bagaimana saya menghargai bandara. Ada yang bisa terjemahkan ke bahasa Inggris gak? Mau saya buat quote, nyambung atau gak dengan fotonya ya bebas. Tulisan ini adalah lanjutan dari artikel sebelumnya, dan sesungguhnya lebih panjang. Jadi siapkan dirimu ya, beli bakso dulu boleh kak.
11. Kenapa orang kita suka banget bawa kardus banyak-banyak?
Baru banget pas pulang dari Yogyakarta beberapa waktu lalu saya mendapati segerombolan orang yang pulang dari acara hura-hura kantor, membawa puluhan kardus ikutan antri counter check-in! Apakah mereka gak tahu ada teknologi bernama trolley? Dan apakah mereka tahu bahwa bepergian dengan kardus cokelat itu so last year?
Saya rasa gerakan tetap menggunakan kardus ini erat kaitannya dengan menjaga nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Kardus adalah ciri khas, identitas, tanda lahir, yang gak boleh kita lenyapkan. Jika kita bepergian keluar negeri dan melihat ada orang yang bawa-bawa kardus, bisa dipastikan dia orang Indonesia. Kita jadi bisa bertegur sapa kan? Saat di Nepal saya dicuekin orang Indonesia yang saya sapa. Di Hongkong juga begitu. Saya yakin hal itu gak akan terjadi kalau dia melihat saya membawa kardus yang dilakban banyak-banyak lalu diikat rafia.
12. Kenapa pas mau masuk security gate, orang baru lepas gesper, jam tangan, dan sebagainya padahal ada antrean?
Menurutmu kenapa? Apakah sosialisasi peraturan ini gak berjalan mulus? Padahal setiap mau masuk gate, petugas biasanya sudah teriak-teriak mengumumkan bahwa ikat pinggang, handphone, jam tangan, kunci rumah, semua diletakan di wadah. Kenapa masih ada yang rusuh sekali baru membongkar semuanya saat sudah didepan muka gate mengakibatkan orang-orang yang antri dibelakangnya menunggu dengan pandangan ‘hellaaaaaw kemana ajaaa dari tadiii myeeeeh’ dan keluar angin kencang dari hidung. Biasanya kondisi ini diperparah dengan keribetan mengatur banyaknya tas bawaan ketika hendak melepaskan asesoris itu. Seperti kata Efenerr, orang kita gak praktis.
Coba kita telaah kenapa orang kita gak praktis dan efisien? Pertama, mungkin karena semakin banyak barang bawaan semakin cool. Jadi kelihatan mau traveling banget gitu. Pernah bertemu seseorang yang memakai headset besar terkoneksi ke handphone, lalu tangannya sibuk scroll Instagram, satu tangannya memegang gelas kopi dan sebuah tote bag menggantung di sudut siku, nah waspadai orang seperti ini, jangan coba-coba antre dibelakangnya saat masuk security gate, ndak bikin kesal.
Kedua, saya rasa pemahaman kita tentang betapa pentingnya proses pemeriksaan ini masih belum optimal. Jika gak, maka kita harusnya sudah bersiap dengan menaruh barang-barang ke dalam baki dengan sigap. Kebanyakan dari kita masih menganggap pemerikasaan ini berlebihan dan mengganggu kenyamanan. Padahal ini benar-benar untuk keamanan kita sendiri lho! Seriyes. Jadi sebelum masuk ke security gate, kita jadi gak persiapan misalnya menaruh semua perintilan barang ke dalam tas supaya memudahkan saat mengantre.
13. Dan kenapa sulit sekali untuk bertahan antre ketika menunggu orang-orang melepas segala asesoris itu ke baki di security gate?
Baiklah, saya mengaku dosa bahwa saya pernah dua kali menyerobot antrean orang di depan yang lamaaaa banget lepas segala barang ke dalam baki. Saya biasanya hanya melepas satu tas dengan Hp, jam tangan, dan kunci rumah sudah didalamnya. Jadi ketika orang depan saya kelamaan, saya pun menyerobot untuk masuk gate duluan. Salah? Tentu. Tapi ketika petugas bandara juga mempersilahkan bahkan menghimbau untuk saya mendahului? Hehe.
Hal ini sebenarnya kembali pada konteks kesabaran dan kesadaran bahwa kita gak akan ditinggal pesawat kok meski mengantre. Kecuali kalau memang sudah final call atau kebelet poop atau gak bisa berdiri lama-lama karena masalah tertentu, bisa saja mendahului antrean. Tapi tetap gak tertib adalah hal yang menyebalkan. Sebisa mungkin ketika memang harus banget mendahului, permisi dulu sama orang yang di depan dengan ramah, jangan ditepok lalu bilang “Bro duluan ya, lama banget sih lu kayak siput!”. Jangan ya. Kita harus baik sama orang.
14. Kenapa pas mau security check, kita harus selalu lepas ikat pinggang?
Sesuai Peraturan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun 2010 tentang tata cara keamanan penumpang, kita harus melakukan pemeriksaan sebelum melakukan check in dan melakukan boarding. Apakah dua-duanya harus melepas ikat pinggang? Ternyata gak. Pemeriksaan pertama hanya melepaskan topi dan jaket. Barulah saat mau masuk boarding room, semua benda logam harus dilepas. Saya hampir gak pernah buka ikat pinggang, tapi pernah harus buka sepatu boots karena sol bawahnya mengandung lempengan besi. Merepotkan. Bagaimana nasib mereka-mereka yang pakai celana kebesaran? Apalagi saat melewati gate dan tanggannya harus direntangkan, siapa yang akan mengamankan celananya? Siapa yang akan mengamankan harga dirinya? Hiks.
Jadi begini gengs, konon pernah ada kejadian seseorang membawa pisau di ikat pinggangnya, hal itu memicu ketentuan bahwa ikat pinggang dan benda dengan komponen logam lainnya harus di x-ray. Siapa sih yang bawa pisau ke pesawat? Mau kupas mangga? Bisa kan makan mangganya sebelum pergi ke bandara? Gara-gara orang yang bawa pisau ini, teman saya pernah kerepotan menjaga celananya supaya gak kedodoran saat security check, jalannya jadi harus ngangkang gitu. Kan malu ya. Bahkan suami saya jadi harus selalu memamerkan perut tambunnya saat memasang kembali ikat pinggangnya, kurang bubar apa harga dirinya?
15. Kenapa juga deodorant spray harus disita?
Saat di bandara Malaysia tahun 2016 silam, deodorant spray Mas Gepeng kena sita petugas bandara. Kejadian ini gak pernah saya lupakan karena barang yang isinya masih lumayan banyak itu adalah Marks&Spencer yang membelinya saja butuh tarikan nafas panjang sepuluh kali dan bolak balik toko tiga kali. Kenapa harus disita? Apakah Mas Gepeng gak boleh punya ketiak wangi saat sampai di Jakarta nanti?
Maskapai KLM secara tertulis di website memaparkan bahwa mereka gak mengizinkan penumpang membawa cairan lebih dari 100 ml ke dalam kabin, sebagai bentuk patuh terhadap peraturan ICAO (International Civil Aviation Organization). Peraturan tersebut diikuti saran bahwa barang-barang cairan harus dimasukan jadi satu ke dalam pelastik, persis seperti yang juga dilakukan oleh petugas Bandara Heathrow. Lalu deodoran semprot ini? Ternyata ICAO juga mengatur bahwa benda-benda mengandung aerosol memang gak boleh masuk pesawat karena kalau kena tekanan tinggi atau terpicu api, bisa meledak. Wow mejik!
Pertanyaan selanjutnya, kenapa harus 100 ml ya? Bahkan sabun cuci muka saya yang secara ukuran lebih dari 100 ml tapi secara isi hanya 20 ml itu tetap gak bisa masuk kabin. Asal usulnya begini gengs. Tahun 2006 silam, ada teroris yang mencoba membuat bom cair di sebuah bandara di Inggris untuk meledakkan pesawat. Kejadian ini akhirnya dikenang dengan nama 2006 Transatlantic Aircraft Plot. Hal itu membuat pemerintah Inggris trauma sehingga membuat peraturan bahwa ‘liquids in containers larger than 100 ml generally can’t go through security even if the container is only part full’ dan peraturan ini telah diadaptasi oleh banyak negara.
Gak ada penjelasan ilmiah tentang takaran ini tapi mungkin, menurut saya, 100 ml adalah batas aman jumlah cairan gak bisa digunakan untuk membuat bom. Tapi jika ada 3 botol masing-masing berukuran 30 ml, bagaimana? Saya rasa ini juga tentang wadahnya. Jika wadahnya lebih dari 100 ml, nanti bisa jadi wadah bom. Atau karena 100 angka yang bagus? Seperti Family 100, atau nilai 100. I don’t know. Tapi jika bom dibuat dalam botol sebesar 30 ml ledakannya mungkin hanya seperti kentut kuda saja.
Eh tahu gak, Garuda Airlines melarang penumpangnya untuk membawa bahan yang mengandung merkuri ke dalam pesawat lho! Hati-hati ya gengs, kalau masih suka pakai kosmetik mengandung merkuri, nanti kamu yang gak boleh masuk kabin.
16. Lalu kemana perginya benda-benda tajam yang disita oleh petugas security gate?
Lihat gak didalam bilik petugas security gate ada kotak kaca isinya gunting, cutter, alat cukur, juga pisau lipat. Benda-benda tajam itu adalah hasil sitaan petugas yang paling kasat mata dan membuat saya bertanya-tanya, setelah ini mereka akan dikemanakan? Seperti deodoran Mas Gepeng, akan kemana dia setelah disita? Diberikan ke petugas yang bau badan atau dipakai sendiri? Kemana? Menurut pemaparan sebuah kanal berita bernama Tribunnews, barang-barang ini nantinya akan dimusnahkan.
Benarkah? Kenapa dimusnahkan? Kenapa gak disumbangkan saja ke sekolah-sekolah yang hobi membuat tugas prakarya sehingga anak-anak gak perlu membawa gunting dari rumah? Kenapa gak dijual ke tukang jahit? Atau di garage sale? Memang ini semua barang-barang berbahaya sih, tapi daripada sia-sia harus dihancurkan? Saya sih mending dijadikan uang lalu hasil uangnya buat amal ke masjid atau traktir pemulung sepaket nasi padang. Tapi saya rasa kenapa dihancurkan adalah karena ini kan jadi barang yang gak diperoleh secara ‘halal’, barang ini gak diberikan pemiliknya dengan sukarela dan gak ada surat serah terima kuasa kepemilikan. Jadi ketika mau dipergunakan untuk hal baik maupun gak, maka jadinya gak berkah. Mending dihancurkan saja, menghindari dosa.
17. Kenapa gak ada ruang untuk calon penumpang yang terburu-buru bisa berlari di eskalator?
Pernah ke Singapur? Hongkong? Pernah naik eskalatornya? Apa bedanya dengan eskalator punya kita selain adanya informasi bahwa pegangan eskalator dibersihkan secara berkala? Yap, peraturan berdiri di satu baris. Dengan kita yang berdiri di satu sisi semua, orang yang terburu-buru jadi punya ruang untuk turun atau naik lebih mudah. Ini dalam kondisi aman sentosa ya, bukan ada maling, itu lain cerita.
Nah kalau di mal-mal gak apa deh, lagian apa pula yang dikejar di mal. Tapi di bandara, setelah perjalanan melintasi kemacetan kronis Jakarta lalu sudah final call, apalagi yang bisa dilakukan selain lari-larian mengejar pesawat? Bayangkan ketika sudah se-urgent itu lalu ada kita berdiri seenaknya kanan kiri di eskalator, mau lari kejar pesawat susahnya setengah mati. Jangan sok sehat suruh naik tangga, kita yang gak buru-buru kenapa gak naik tangga saja?
Di Stasiun Tanah Abang sudah diberlakukan peraturan naik eskalator di satu sisi dan seperti yang sudah kita pahami, susahnya bukan main untuk membuat hal ini diimplementasikan. Kenapa? Saya rasa perilaku ini berkaitan dengan terbiasanya kita menggunakan eskalator di mal, apalagi mal yang eskalatornya segaris lurus ke atas. Kita terbiasa santai, mengobrol, sampai foto-foto di eskalator. Buat yang buru-buru? Naik lift saja bisa keles. Tapi kita lupa, lift itu untuk pengunjung prioritas seperti kakek-nenek, bayi dengan stroler, orang berkebutuhan khusus, atau pengguna kursi roda. Kebiasaan santai naik eskalator ini sebaiknya jangan dibawa-bawa ke stasiun atau bandara. Kasihan orang yang buru-buru.
18. Kenapa gak ada lobby khusus untuk pelancong yang menginap di bandara?
Maksud saya seperti yang ada di KLIA (Kuala Lumpur International Airport), satu-satunya bandara yang pernah saya inapi haha. Disana saya selalu tidur di lobi dengan sofa baik yang single seater maupun double tapi nyaman, ada TV, dekat kamar mandi, mushala, tap water, dan lobi tidur tersebut ada beberapa gak hanya satu. Di kursi-kursi dekat boarding room pun bebas tidur karena kursinya gak bersekat.
Kenapa di negara kita gak ada? Apakah ada tapi saya gak tahu? Bisa kasih tahu? Jika memang gak ada, mungkin karena lagi-lagi ini bandara, bukan terminal yang orang bebas gelar kardus atau sleeping bag lalu tidur saja. Banyak orang elit keluar masuk bandara, gak cucmey kalau ada banyak orang tidur disana sini. Coba kamu lihat di Bandara Kualanamu, ada banyak orang piknik gegoleran tiap sore, itu kan gak sedap dipandang. Piknik ya di taman, masa di bandara. Sebenarnya saat long weekend Maulid Nabi kemarin saya punya rencana untuk pergi mencoba kereta bandara dan tidur menginap di Terminal 3 Ultimate just for fun mau tahu gimana rasanya menginap di bandara sendiri. Sayangnya niat itu harus ditunda, nantikan ya. Ini misi penting.
19. Kenapa rate money changer di bandara mahal sekali?
Ini sompret sih. Selain kenyataan semua yang berbayar di bandara itu memang gak manusiawi mahalnya (bagi kalangan pepes teri seperti saya), tapi money changer? Dua kali lipat rate normal? Mau naik haji lima kali setahun kah para pebisnis ini? Sekali-sekalinya beli itu pas mau ke Hong Kong karena kebetulan di beberapa money changer langganan lagi gak tersedia HKD selama berminggu-minggu. Tahu gak, saya rugi Rp500ribu! Itu selisih yang banjingan banget sih memang, jatah makan dua minggu habis begitu saja.
Akhirnya dari pengalaman berharga ini, saya lebih memilih ambil uang via ATM saja ketika memang gak bawa uang asing dari Indonesia. Dari berbagai website yang memaparkan tips menukar uang untuk traveling, memang mayoritas menyarankan untuk gak tukar di bandara karena rate-nya tinggi. Saya maklum harga sewa lounge di bandara itu mahal, tapi tolong maklumi saya (dan yang lain juga) yang punya mimpi keliling dunia meski punya uang pas-pasan dan masih belum ada yang sponsori jalan-jalan gratis. Jangan dijahatin begitu dong. Kita gak sama, kita kerjasama. Bisa?
20. Kenapa gak ada air panas gratis di bandara?
Bukan untuk mandi, tapi untuk membuat kopi atau susu Milo. Sebagai orang yang selalu mengambil penerbangan malam, saya rasa ini penting. Saya gampang kedinginan, gampang masuk angin, kalau bisa minum Tolak Angin sekaligus teh tawar hangat kan saya jadi lebih senang. Sayangnya air ini belum disediakan di semua bandara (kalau gak salah ingat di Terminal 3 Ultimate ada ya).
Kenapa belum semua menyediakan? Karena begini, seperti pernyataan saya sebelumnya bahwa bandara kita masih terlihat seperti terminal dan gak ada air panas gratis di terminal. Sehingga ini harusnya jadi peluang bisnis untuk para penjaja. Bedanya kalau di terminal sungguhan, penjaja air panas ada banyak, segmennya masih mikro dan biasanya lengkap menyediakan banyak pilihan minuman saset untuk diseduh.
Kalau di bandara, potensi ini masih dikuasai oleh segmen ritel (agak menengah juga sih seperti kedai kopi masa kini). Jumlahnya sedikit dan pilihan minuman seduhnya gak banyak (yang murah). Jadi ini lebih ke pemerataan business mapping. Yang mikro sudah ada lapangannya sendiri, yang ritel menengah juga. Mungkin juga ini ada hubungannya dengan kohesivitas boarding room. Di terminal B Bandara Adi Soetjipto Yogyakarta ada dispenser yang hot and cold. Tapi dia diletakkan jauh dari colokan sehingga air yang disajikan pun air adem semua. Bayangkan kalau air panasnya menyala, bisa pada langsung gelar tikar, seduh kopi hitam, main kartu truf, pesan gorengan, merokok, saling gojek kere, dan seketika boarding room jadi angkringan KR.
21. Kenapa loading bagasi bisa lama banget padahal kan eike sudah ngantuk berat mau pulang!?
Setelah termehek-mehek perjalanan 12 jam dari Inggris ke Jakarta, saya masih harus termehek-mehek menunggui dua tas carrier besar yang entah kenapa harus masuk ke bagasi, padahal ketika berangkat bisa masuk kabin. Saya sudah teler sekali saat itu. Segera mau pulang dan makan mie instan sambil kipasan dan nonton drama korea. Berapa lama menunggu bagasi? Selama Rangga gak pulang untuk menemui Cinta. Bohong deng. Tapi serius lama banget dan gak ada apapun sebagai hiburan.
Hasil yang Kakak Google bisa berikan ketika saya ketik ‘kenapa loading bagasi bandara lama banget’ adalah memang proses bagasi diturunkan dari lambung pesawat, lalu ke break down area, sampai ke conveyor belt itu lama sekali. Dirut PT. Angkasa Pura II tahun 2016 pun gak memaparkan bagaimana nantinya proses ini dapat dipercepat, hanya membahas seberapa lama seseorang turun dari pesawat sampai ke tautan bagasi. Misterius sekali. Mungkin harus benchmark ke Hongkong supaya dapat insight, disana penanganan bandaranya cepat dan rapih sekali lho.
Saya jadi ingat video klip United Breaks Guitars yang tercipta atas protes terhadap penanganan bagasi yang buruk. Bukan mau bilang bahwa kakak-kakak petugas bagasi itu melakukan hal yang buruk, saya rasa mereka hanya sedang membuat video klip tandingan saja. Tahu kan betapa sulit membuat video klip itu? Setengah mati. Makanya mumpung ada bagasi ramai-ramai dari luar negeri, kakak-kakak petugas membuat video klip dulu, jadi loading ke conveyor-nya memang lama. Lumayan kan siapa tau jadi yucuber.
22. Kenapa di boarding room ada kursi yang terkena AC langsung padahal orang kita jelas paling gampang masuk angin?
Ah saya tahu kalian beranggapan pertanyaan ini gak penting, tapi misteri tetaplah misteri. Ini saya temui di beberapa bandara yang kualitas ACnya lumayan bagus seperti di Terminal 2 Bandara Soetta. Ada kursi duduk yang sebelahan persis dengan standing AC, duduk disitu sudah jelas kalau gak masuk angin ya keringat bundet. Saya amati pun kursi itu gak laku penduduk. Kenapa harus ada kursi dengan AC kuat seperti itu? Ini mungkin untuk memfasilitasi bule luar yang hendak pergi kembali ke negara asal.
Misalnya bule Eropa. Selama di Indonesia, khususnya di Jakarta, mereka kelojotan kepanasan dari pagi sampai malam. Tambah lagi emosi jiwa saat kena macet, polusi berlebih, serta orang-orang yang melanggar aturan (well, di Eropa juga pasti ada sih). Saat mereka hendak kembali, kita gak mau dong mereka pulang dengan hati yang marah? Jadi kursi itu disediakan untuk menentramkan hati bule dan memberikan efek di Jakarta juga ada yang dingin lho.
23. Kenapa pramugari dan kapten maskapai penerbangan selalu terlihat sophisticated, apalagi saat mereka berjalan melewati antrean para calon penumpang menuju boarding room?
Dari kecil saya selalu merasa pramugari dan pilot pesawat itu seperti selebritis. Sangat eksklusif, keren, dan mempesona. Tetangga saya ada yang pilot kelas kakapnya Garuda, badannya tinggi besar dengan wajah ramah apalagi jika bertemu anak-anak kecil. Dan setiap melewati rumahnya dan bertemu si Om Jo lagi siram tanaman, saya pun tetap melihatnya eksklusif. Keren gitu.
Hal ini terbawa sampai sekarang, meski sudah tambah tatapan sebal melihat pramugari yang lewat sambil cekikikan bisik-bisik sih. Kenapa ya? Apa karena dulu naik pesawat adalah hal yang prestisius ya (because now everyone can fly yaaa jarene) jadi masih merasa orang yang terlibat atau bekerja di pesawat itu keren sekali. Tapi yang bikin sebal itu kalau mereka lewat dan gak menyapa ramah sama sekali. Apalagi ketika mereka melewati antrean para penumpang yang mau masuk ke boarding room, cih seperti presiden saja. Sudah gak antre, pakai rok belah-belah tinggi (sirik, haha), gak menyapa penumpang, terus ngobrol cekikikan lagi. Sebal. Dulu saat pertama kalinya saya naik pesawat sekitaran tahun 1998, pramugarinya ramah-ramah, pilotnya pun ramah. Saya bisa salaman, dan mungkin bisa juga diajak selfie kalau saat itu sudah ada teknologinya. Sekarang? Meh.
24. Kenapa masih ada saja yang tertipu dengan fasilitas wrapping bag?
Dan kenapa pula saya menyebutnya ‘tertipu’? Karena sesungguhnya saya masih belum menemukan asas manfaat menggunakan fasilitas wrapping bag, hahaha. Dulu pernah saat penerbangan Palembang – Jakarta tahun 2010 mencoba fasilitas itu dengan membungkus tas duffle bag besar saya. Kirain gratis, ternyata saya harus bayar dan saat itu uang saya benar-benar seharga satu porsi paket hemat KFC, maklum anak kuliahan pulang dari kegiatan KKN banyak menghabiskan uang untuk jajan dan pacaran. Sedihnya adalah gak ada manfaat yang berarti dengan adanya pembungkusan gak enak dipandang itu. Malah membuat saya juga tampak gak enak dipandang. Sejak itu saya gak pernah mau menggunakan fasilitas wrapping bag.
Sebenarnya apa sih faedah fasilitas berbayar ini? Semakin kesini semakin banyak saja yang menyediakan jasa itu, biasanya ada dua di counter. Kalau teman saya bilang “Biar gak kotor dong tas gue”, kenapa gak pakai luggage cover? Motifnya pun bagus-bagus, bisa pakai foto wajah sendiri juga. “Biar gak lecet lah, itu petugas bandara suka seenaknya sama tas orang”, alasan teman saya lainnya. “Kayaknya bisa untuk mengamankan kardus oleh-oleh deh, Tin. Kon ngerti gak, kalau gak dibungkus nanti kue oleh-oleh pas sampai rumah wes ancur!”, begitu perkiraan teman Bonek saya. Bisa juga kali ya, tapi dibungkus pun gak menjamin bahwa petugas bandara gak akan melempar barang bawaan kita bukan? Ditempeli stiker fragile saja masih membuat khawatir.
Paling masuk akal memang urusan keamanan. Bayangkan menerima paket yang dibungkus selotip lapis tiga seluruh badan! Males banget bukan membukanya? Prinsip yang sama juga untuk wrapping bag. Ada oknum mau maling isi koper gitu misalnya, melihat lapisan pelastik sebanyak itu rasanya sudah malas saja. Kalau ketemu oknum yang rajin sih ya wassalam, tapi hal ini patut dicoba. Dan saran saya sih gak perlu lah bawa harta karun di dalam koper bagasi. Simpan saja di SDB (Safe Deposit Box).
– – –
Bandara oh bandara, banyak ya misterinya. Bahkan sebenarnya ketika menulis pun keluar lagi tuh pertanyaan-pertanyaan lanjutan yang sepertinya kalau saya tulis, maka waktu yang kalian habiskan bisa sama lamanya dengan nonton serial How I Met Your Mother.
8 Comments. Leave new
Khukhukhu ini malah banyak inpohnyah. Curcol dibungkus dengan wawasan yang kaya
Wkwkkwkwk yg botol jgn lbh dr 100ml itu agak nyebelin sih memang :D. Apalagi produk skin careku biasanya gede2, dan jd nya hrs beki yg ukuran travel kalo mw jalan2 :p.
Eh tp kalo wrapping bag aku prnh mndapat manfaatnya. Pas pulang dr palembang, kotak2 pempek 6 biji yg diikat ama tali, tiba2 longgar. Dan pasti bakal berceceran kotaknya kalo ga diikat lg. Smnatra aku ga ahli samasekali yg namanya mengikat tali begitu hihihi.. Trpaksalah, wrapping bag jd andalan :D. 6 kotak bisa diikat sekaligus 😀
Makaci yaa
Wah bisa ada manfaatnya juga yaa itu wrapping bag hahaha. Alhamdulillah, berfaedah jadi bisa makan pempek aman sentosa yah. Kalo produk skincare yg besar-besar pindahin aja ke wadah kecil, aku biasanya pake wadah bekas sampo hotel hahaha mayan bisa masuk serum
Yang paling ngeselin sih di bandara di Malang biar kita bisa duduk kita perlu masuk langsung ke ruang tunggu dan melewati xray scanner dan pemeriksaan sblm masuk ruang tunggu, nah tapi di dalem ruang tunggunya ga ada toilet jadi kalau mau ke toilet harus balik lagi ke luar ruang tunggu dan pas masuk lagi ke ruang tunggu jadi harus nunjukin boarding pass serta dicek xray scanner ulang haha jadi bolak balik aja.
Haha soal wrapping bag tapi ada manfaatnya bgt sih kalau yg pernah ngalamin kopernya dibongkar oknum petugas dan ternyata beberapa barang bawaan ilang kan pasti trauma tuh kalau nyimpen koper di bagasi jadi emg manfaat utamanya sih buat keamanan udh paling bener ya haha.
Wah repot ya, siap-siap kalau ke Malang mesti pipis dulu sebelum ke boarding room. Thanks infonya ya 😀
Kalau aku kayaknya lebih sering nyerobot antrean mamang-mamang yang ngelepasin aksesoris lamaaa banget dimana antrean masih di belakang. Salah mungkin, tapi si mamang lebih salah, bikin macet pemeriksaan. Lagian kalau mau ngelepas mestinya si mamang yang minggir hahaha. Orang yang diserobot juga ga pernah protes, kalau protes yang ada aku julidin balik dia hwhwhw
Wkwkwk. Apalagi biasanya yg baru lepas lepas di depan hate itu pada panik dan jadi tambah lama. Terus mereka sibuk ribet jd emang gak ngeh kalau diserobot.
Etapi bener juga yah, yg pada baru lepas kenapa gak otomatis minggir ya? 🤔