“Apa sih itu, apa? Cikungunya?” tanya Mas Gepeng saat saya mengatakan mau melihat bangunan warna warni di atas tebing dengan lautan biru, yang selalu tampak cantik ketika difoto oleh orang-orang. Dia gak tahu tentang 5 desa maha famous alias Cinque Terre ini, gak pernah dengar, gak pernah lihat juga di Instagram. Mungkin karena dia gak follow akun para travel influencer dan mayoritas feednya diwarnai oleh sungai dengan perahu kayak meliuk-meliuk diatasnya.
Saya sudah tahu Cinque Terre itu indah dari foto-foto orang baik yang amatiran asal jepret miring-miring maupun pro dengan sudut dan lighting super kece. Apalagi saya berkunjung pas summer, saat langit biru matchy matchy dengan laut, lalu ditengahnya ada bangunan merah kuning hijau, sudah pasti ciamik lah. Terus kamu bertanya basa basi, untuk apa ke sini kalau sudah tahu? Basi banget memang pertanyaannya, jangan coba-coba tanya begitu di dunia nyata ya.
Karena di balik tempat fotojenik sejuta umat, pasti ada cerita sharingjenik yang bisa saya museumkan di blog ini dan dinikmati oleh umat pembaca sekalian seperti kisah saya dan Mas Gepeng bisa selamat eksplorasi Cinque Terre sampai titik terakhir di Levanto dengan selamat, tanpa diusir, dideportasi, dipukuli, atau diikat, lalu ditambatkan di jangkar dan dibuang ke dasar laut :’)))
Gimana ceritanya?
10 Comments. Leave new
Kalo ada yang mau ke chikungunya, tak saranin dateng pas musim panas, bawa spatu treking, baju renang kumplit, nginep disana dan perut dikosongin. Kemarin tu kebayang treking susur pantai trus brenang trus maem pasta marinara trus malemnya bobok nyenyak sambil kena sembrinit angin pantai (untuk antisipasi minum tolak angin-bahasa italinya respingere il vento, kalo kalo mau beli di apotek sana 🤣🤣🤣)
Gepeng
-nama yang paling sering disebut di blog ini-
-mulai terancam dengan keberadaan mira si nama yang kadang disebut di blog ini tp sekarang mulai sering-
aku yang komen kedua horeeeeeeeeee.
terimakasih.
wkwkwkwkwkwk! edaaan. aku deg2an juga bacanyaaa!
Pas di cinque terre aku jg nyesel jadinya uda mahal2 beli pass, tp diceknya cm di toilet ajaa. Aku tp pernah curang gt jg pas di Praha karena naik bus / metro jarang dicek. Deg2an parah jugaa parno dideportasi. Mungkin karena kita pada dasarnya baik hati yhaa.
Mira
– nama yg mulai sering disebut di blog ini-
Sungguh tindakan tidac baic. Ckckck. Eh tapi aku juga melakukannya! wakakakak. *celingkukan, bisa-bisa diketuk palu sama netijen.
Kalau pengalamanku itu pas di Jerman haha. Beli sih tiketnya, tapi gak ditaping. Dalam pikiranku, "ntar kalo ada petugas buru-buru taping." Atau, berlaga bego, "ini aku udah beli loooh tiketnya." Trus kalau ditanya kenapa gak ditap, bilang aja, "ya Malih, aku ini baru pertama kali ke sini, kagak tahu." hwhwhw. Di semua negara yang kudatangi hanya Jerman yang gak ada petugasnya. Tapi katanya sering razia.
Well, tapi itu juga cuma sekali. Sumpah gak enak, padahal berhemat 4 euro doang hwhwhwhw.
OOOO CINGUE TERRE LIYE. Tunggu aku ya.
Keknya kita harus balik lagi deh Oy, kita trekking terus inep-inep di desanya. Terus intip dapur restoran buat liat resep masaknya, terus berenang tiap sore. Oh mentemen dont forget beli aloe vera gel di Italia, baguc banget buat kulit dan bikin kulit terbakar bisa kembali haluuusshhh, beda sama yg Korea punya~
Selamat yha. Besok besok komentarnya bisa lebih panjang lagi kek perjalanan kita jadi sales mesin edc kemarin wkwkwk
Memang kita baik hati, sampe nakal begini aja mau nangis rasanya. Meski nangisnya campur bahagia juga bisa hemat tiket. Tapi Italia why oh why ya, kriminalitas tinggi banyal maling, copet, scam, dll, tapi kepercayaan juga tinggi. Percaya gitu punya tiket sampe gak perlu dicek wkwk, percaya juga satu punya tiket yg lain punya juga tanpa dicek. Menarique~
Emmm Mas Yan, jikalau daku boleh zuzur, pas di Jerman aku juga gak tapping tiket 🤣🤣 Bukan tapping, apa sih itu yg tiketnya dimasukin ke mesin terus nanti jadi ada tanggal sama jamnya dan mulai terhitung argo tiketnya.
Itu pas aku mau ke terminal bus bandara dari hotel kan lewat beberapa stasiun, nah tiketnya cuman buat 3 stasiun apa ya dan sempat nyasar sekali. Akhirnya tapping di stasiun paling akhir hahahaha! Gak pernah ada petugas ya dan pas masuk bus atau tram juga gak ada yg nanya soal tiket. Aku lihat juga warga lokal yg gak tapping atau insert tiketnya ke mesin. Duduk aja langsung gitu. Berarti memang sudah jadi kearifan lokal wkwkwk
This book gives you step wise extensive guide along with three golden lessons that helps your kids learn all the right things about survival EuropaRoadLogistics
Thank you for the info, hopes will help our readers to learn about survival. Wish you have a good day!